Es Dua

Rabu kemarin saya mengapply S2 ke Kementerian.. Jumatnya saya diberitahu untuk ikut tes hari sabtunya, alias hari ini jam 8 pagi.

Waduh, kemarin saya bingung sendiri, ambil enggak ambil enggak, dengan beberapa pertimbangan berikut:
1. Kalau besok tesnya jam 8 saya berangkat jam berapa yaaa dari terminal sbg, belum pake angkutan lg kesananya.
2. Apakah saya benar2 berminat dengan jurusan tsb.
3. Harus bayar psikotes dulu 500rb baru bisa ikutan
4. Ga tau hati saya masih ga puguh aja, padahal ini kesempatan buat dpt beasiswa.
5. Orang tua saya yang awalnya mendukung saya untuk mengikuti beasiswa ini, menjadi menyerahkan sepenuhnya kepada saya apakah mau diambil atau tidak, yang tindakan orang tua saya itu seperti terdengar 'ga usah dulu diambil, nanti saja, soalnya mepet banget dari pengumuman ke testingnya'.

Kemudian, poin no 1 dan 3 pun bisa diatasi. Tetangga saya yang bekerja di jakarta bersedia mengantarkan saya sampai tujuan. Dan ATM saya pun lumayan cukup untuk bayar psikotes itu. Namun yang menjadi pertanyaan adalah poin 2, 4 dan 5.. Masalah yakin dan tidak yakin, serta tindakan orang tua saya menjadi pikiran buat saya..

Kemudian saya pun malamnya chat dengan sahabat saya yang sedang menonton opening piala dunia itu.. Saya bertanya apakah diambil atau tidak ya? Cuz saya bingung sendiri, sahabat saya menyarankan ikut aja nekat, tapi saya masih belum yakin.. Lalu teman saya pun bertanya apakah saya berminat dengan jurusan tsb? Saya pun akirnya berpikir kalau saya kurang berminat dengan jurusan tsb. Karena yang saya minati -atmanegara- saat ini adalah jurusan mengenai sosial, budaya, pendidikan, gender, ataupun manajemen. Bukan tentang ketahanan nasional yang menurut saya lebih kepada ilmu politik sekalii..

Hmm dan akhirnya hari ini saya masih disini, menulis blog MP. Next time mudah2an saya dapat kesempatan beasiswa lagi dengan jurusan yang saya incar. Jadi tidak hanya sekadar mendapat beasiswa S2 saja, tapi juga mendapat jurusan yang saya incar. Saya tidak boleh egois dengan memaksakan diri mengikuti tes yang tidak sesuai hati nurani saya. Walaupun saya masih keuheul (sebel) ga bisa ikut tes itu, namun saya lebih khawatir nantinya tidak bisa memegang amanah ilmu dari pemberi beasiswa tsb.

Kabar baiknya adalah kan kalau saya keuheul itu, saya suka cemberut sendiri. Padahal saya keuheul sama diri sendiri aja daa karena belum bisa mendapatkan apa yang saya inginkan. Tapi kayaknya orang tua saya ngeliatnya kalau saya ngambeuk sama mereka gara-gara "kurang direstui", padahal mah enggak daaa, toh berangkat tidak berangkat sudah menjadi keputusan saya. Dan oleh karena itu, ibu saya tadi pagi2 sebelum berangkat ujug-ujug ngasih uang ke saya, padahal ga ada angin ga ada hujan geura tiba-tiba ngasih uang...lumayaaannnn buat modaalll hihihihihi.. nuhuuunnnn ahhh momiiiiiiiiiiiiiiiiii... xixixi..