Minggu, 24 Januari 2010

Herta dan Nobel Sastra

Nih inih tulisan kaka si gw,,berhubung sayah tidak bisa nulis sastra,,jadi di post-in tulisan kaka si gw,,katanya c dimuat di koran PR hari minggu kemaren,,baca yahh yahh...

oleh: Asep Imaduddin A.R., penyuka sastra, aktif di Partikelir Institute.

Death is not the biggest fear we have, our biggest fear is taking the risk to be alive, the risk to be alive and express what we really are (Don Miguel Ruiz).

Meraih Nobel Sastra memang bukan segalanya. Jean Paul Sartre-filsuf sastrawan asal Prancis-pernah menolak hadiah Nobel karena dinilai ikon kapitalisme. Tersedia banyak jenis penghargaan bergengsi bagi kategori sastra di dunia ini. Tetapi bagi sebagian pihak, meraih nobel sastra adalah puncak pencapaian karier kepenulisan, penghargaan berwibawa dan teramat penting untuk dilewatkan. Bisa dikatakan buah karya nobelis sastra adalah jaminan mutu. Penulis prolifik (alm.) Pramoedya Ananta Toer pernah beberapa kali menjadi kandidat penerima Nobel Sastra-atas kegigihan Teeuw-tetapi tersungkur di babak babak akhir, dan sampai meninggalnya, Pram tak pernah menerima hadiah itu. 

Tradisi literasi di negeri kita memang masih amat muda, masih merangkak. Era bertutur yang mengakar kuat, masuk era literasi yang tergagap terus meloncat ke era visual yang juga masih tanggung. Serba setengah dengan kualitas yang masih terus dipertanyakan. Setelah Pram, tak ada lagi sastrawan Indonesia yang namanya disejajarkan dengannya. Lihatlah di Mesir ada Nagouib Mahfoudz; di India ada Tagore, Arundhati, Jumpha Lahiri, Rusdhie; di Cina ada Gao Xingjian; di Jepang ada Yasunari Kawabata. Sastrawan-sastrawan tangguh Asia  yang melegenda hingga kini.

Di kontinen Eropa tak terhitung berapa orang sastrawan yang namanya telah dipatri di Akademi Swedia, markas hadiah Nobel ini diberikan. Sully Prudhomme adalah sastrawan pertama yang dianugerahi Nobel Sastra ini. Dan lagi-lagi pada 2009 yang baru lewat, penulis Eropa kembali menjadi kampiun Nobel Sastra--setelah Nobel Sastra 2008 juga jatuh pada novelis Prancis, Jean-Marie Gustave Le Clezio--yang disematkan pada Herta Muller. Muller menjadi perempuan ke-12 yang menerima Nobel Prize for Literature. Mengenai penganugerahan  dirinya--dalam suatu wawancara--ia merasa sangat gembira dan sekaligus tak percaya jika ia benar benar menerima Nobel Sastra.

Muller memang pantas menjadi penerima hadiah Nobel 2009. Ia memenuhi  syarat apa yang pernah dikemukakan oleh Alfred Nobel bahwa penerima Nobel Sastra adalah ”seseorang yang melakukan aktivitas di bidang sastra dengan kerja kerja yang luar biasa”. Karier kepenulisan yang cukup panjang ditambah dengan perlawanan literasi yang sangat bernyali terhadap rezim yang menindasnya menambah bobot kualitas sebagai seorang penulis. Peter Englund, sekretaris tetap Akademi Swedia menyebut Muller sebagai seorang yang melakukan extreme precision with words.

Muller adalah tipe seorang penulis yang tidak menyerah hanya karena rasa takut yang menderanya. Ia gigih memperjuangkan kata hatinya bahwa apa yang ditulisnya adalah benar. Muller tahu betul bahwa tulisannya adalah sebentuk perjuangan melawan kekuasaan, yang berarti perjuangan melawan lupa. Albert Camus pernah menyatakan, tujuan seorang penulis adalah menjaga peradaban dari segala sesuatu yang merusaknya. Dan Muller paham benar akan hal itu bahwa tegaknya peradaban manusia salah satunya dengan cara menulis. Rasa takut untuk tidak menulis hanya akan membuat gelap peradaban, dan aktivitas menulis adalah membuat pencerahan bagi peradaban suatu negeri bagaimanapun tiranik dan despotiknya rezim tersebut. Dan Muller melakukannya dengan rasa sadar.

Herta Muller pernah menyatakan, menulis adalah sesuatu yang teramat penting dan eksistensial bagi dirinya. Menulis adalah mengklarifikasi sesuatu dengan dirinya yang mulanya amat personal, mengklarifikasi sesuatu dengan sesuatu, dan pada akhirnya adalah memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Menulis adalah salah satu cara yang bisa dia lakukan di tengah kepungan rezim komunis yang menindas kebebasan ekspresinya. 
Siapakah Herta Muller?

Herta Muller adalah novelis, esais, dan penyair Jerman kelahiran Rumania. Ia lahir pada 17 Agustus 1953 tepatnya di kawasan Nitzkydorf, Banat, Rumania. Seperti lazimnya di sebagian besar negara Eropa Timur yang dikuasai Komunis Soviet, ia hidup di bawah kekuasaan tiranik Komunis yang represif. Di bawah rezim Nicolas Ceasescu inilah ia mulai menjalani aktivitas kepenulisannya. Muller mulai dikenal secara internasional pada awal 1990-an, ketika itu karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam kurang lebih 20 bahasa. Penghargaan yang diterimanya lebih dari 20 termasuk di antaranya pernah menerima International IMPAC Dublin Literary Award pada 1998, The Kleist Prize, The Franz Kafka, dan lain lain.

Walaupun secara teritorial tinggal di Rumania, ia tetaplah berbahasa Jerman. Hal inilah mungkin yang menyebabkan keluarganya menjadi kelompok minoritas. Ibunya pernah menjalani kehidupan di kamp pekerja Gulag, Ukraina (sekarang). Ayahnya pernah menjadi salah seorang anggota pasukan Waffen SS (Schutzstaffel), kesatuan militer yang menjadi kesayangan Hitler. Untunglah kakeknya seorang petani kaya hingga ia bisa menyelesaikan pendidikan tingginya pada Timisoara University dengan mengambil kajian Jerman dan Sastra Rumania. 

Mungkin Muller tak mengira jika di kemudian hari ia akan menjadi penulis besar, karena pada awal kariernya ia hanyalah seorang penerjemah di sebuah pabrik mesin. Ia hanya bertahan tiga tahun sampai 1979 karena ia menolak bekerja sama menjadi informan bagi polisi rahasia rezim Komunis, tentu saja ia dipecat karena perbuatannya itu. Dan ia tak menyesal akan keputusannya. Selepas itu, ia menjadi guru di sebuah taman kanak kanak sambil memberikan privat Bahasa Jerman.

Tahun 1982 adalah titik awal karier menulisnya. Pada tahun itu ia menulis buku yang merupakan kumpulan cerita pendek berjudul ”Niederungen” yang diterbitkan di Bukares oleh Kriterion-Verlag. Pada 1984, buku ini juga diterbitkan di Berlin oleh Rotbuch-Verlag. Di tahun-tahun awal kepenulisannya ia  bergabung dalam komunitas penulis muda yang beroposisi pada pemerintahan diktator Ceasescu. Karena tulisan-tulisannya yang kritis terhadap rezim, ia akhirnya dilarang untuk menerbitkan buku sendiri. Karena tak diakomodasi kebebasan berekspresinya, Jerman menjadi pilihan baginya dan suaminya, novelis Richard Wagner, untuk menjadi tempat tinggal sejak 1987 hingga sekarang. Rezim yang despotik telah memaksanya untuk pindah negara. Hal yang sama  juga pernah dialami oleh Kundera, Kafka, dan lain lain. 

Muller telah memberi pelajaran pada kita bahwa ide dan kebebasan tidak bisa dikekang oleh desingan peluru dan popor senjata. Bahwa kekuasaan yang tak ramah dengan kebebasan hanya akan menuai kelelahan dan kekalahan di kemudian hari. Muller telah menabalkan dirinya sebagai personifikasi penulis yang tak hanya sibuk dengan dunianya akan tetapi juga sanggup melawan tiran lewat literasi bernyali.***

Herta dan Nobel Sastra

Nih inih tulisan kaka si gw,,berhubung sayah tidak bisa nulis sastra,,jadi di post-in tulisan kaka si gw,,katanya c dimuat di koran PR hari minggu kemaren,,baca yahh yahh...

oleh: Asep Imaduddin A.R., penyuka sastra, aktif di Partikelir Institute.

Death is not the biggest fear we have, our biggest fear is taking the risk to be alive, the risk to be alive and express what we really are (Don Miguel Ruiz).

Meraih Nobel Sastra memang bukan segalanya. Jean Paul Sartre-filsuf sastrawan asal Prancis-pernah menolak hadiah Nobel karena dinilai ikon kapitalisme. Tersedia banyak jenis penghargaan bergengsi bagi kategori sastra di dunia ini. Tetapi bagi sebagian pihak, meraih nobel sastra adalah puncak pencapaian karier kepenulisan, penghargaan berwibawa dan teramat penting untuk dilewatkan. Bisa dikatakan buah karya nobelis sastra adalah jaminan mutu. Penulis prolifik (alm.) Pramoedya Ananta Toer pernah beberapa kali menjadi kandidat penerima Nobel Sastra-atas kegigihan Teeuw-tetapi tersungkur di babak babak akhir, dan sampai meninggalnya, Pram tak pernah menerima hadiah itu. 

Tradisi literasi di negeri kita memang masih amat muda, masih merangkak. Era bertutur yang mengakar kuat, masuk era literasi yang tergagap terus meloncat ke era visual yang juga masih tanggung. Serba setengah dengan kualitas yang masih terus dipertanyakan. Setelah Pram, tak ada lagi sastrawan Indonesia yang namanya disejajarkan dengannya. Lihatlah di Mesir ada Nagouib Mahfoudz; di India ada Tagore, Arundhati, Jumpha Lahiri, Rusdhie; di Cina ada Gao Xingjian; di Jepang ada Yasunari Kawabata. Sastrawan-sastrawan tangguh Asia  yang melegenda hingga kini.

Di kontinen Eropa tak terhitung berapa orang sastrawan yang namanya telah dipatri di Akademi Swedia, markas hadiah Nobel ini diberikan. Sully Prudhomme adalah sastrawan pertama yang dianugerahi Nobel Sastra ini. Dan lagi-lagi pada 2009 yang baru lewat, penulis Eropa kembali menjadi kampiun Nobel Sastra--setelah Nobel Sastra 2008 juga jatuh pada novelis Prancis, Jean-Marie Gustave Le Clezio--yang disematkan pada Herta Muller. Muller menjadi perempuan ke-12 yang menerima Nobel Prize for Literature. Mengenai penganugerahan  dirinya--dalam suatu wawancara--ia merasa sangat gembira dan sekaligus tak percaya jika ia benar benar menerima Nobel Sastra.

Muller memang pantas menjadi penerima hadiah Nobel 2009. Ia memenuhi  syarat apa yang pernah dikemukakan oleh Alfred Nobel bahwa penerima Nobel Sastra adalah ”seseorang yang melakukan aktivitas di bidang sastra dengan kerja kerja yang luar biasa”. Karier kepenulisan yang cukup panjang ditambah dengan perlawanan literasi yang sangat bernyali terhadap rezim yang menindasnya menambah bobot kualitas sebagai seorang penulis. Peter Englund, sekretaris tetap Akademi Swedia menyebut Muller sebagai seorang yang melakukan extreme precision with words.

Muller adalah tipe seorang penulis yang tidak menyerah hanya karena rasa takut yang menderanya. Ia gigih memperjuangkan kata hatinya bahwa apa yang ditulisnya adalah benar. Muller tahu betul bahwa tulisannya adalah sebentuk perjuangan melawan kekuasaan, yang berarti perjuangan melawan lupa. Albert Camus pernah menyatakan, tujuan seorang penulis adalah menjaga peradaban dari segala sesuatu yang merusaknya. Dan Muller paham benar akan hal itu bahwa tegaknya peradaban manusia salah satunya dengan cara menulis. Rasa takut untuk tidak menulis hanya akan membuat gelap peradaban, dan aktivitas menulis adalah membuat pencerahan bagi peradaban suatu negeri bagaimanapun tiranik dan despotiknya rezim tersebut. Dan Muller melakukannya dengan rasa sadar.

Herta Muller pernah menyatakan, menulis adalah sesuatu yang teramat penting dan eksistensial bagi dirinya. Menulis adalah mengklarifikasi sesuatu dengan dirinya yang mulanya amat personal, mengklarifikasi sesuatu dengan sesuatu, dan pada akhirnya adalah memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Menulis adalah salah satu cara yang bisa dia lakukan di tengah kepungan rezim komunis yang menindas kebebasan ekspresinya. 
Siapakah Herta Muller?

Herta Muller adalah novelis, esais, dan penyair Jerman kelahiran Rumania. Ia lahir pada 17 Agustus 1953 tepatnya di kawasan Nitzkydorf, Banat, Rumania. Seperti lazimnya di sebagian besar negara Eropa Timur yang dikuasai Komunis Soviet, ia hidup di bawah kekuasaan tiranik Komunis yang represif. Di bawah rezim Nicolas Ceasescu inilah ia mulai menjalani aktivitas kepenulisannya. Muller mulai dikenal secara internasional pada awal 1990-an, ketika itu karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam kurang lebih 20 bahasa. Penghargaan yang diterimanya lebih dari 20 termasuk di antaranya pernah menerima International IMPAC Dublin Literary Award pada 1998, The Kleist Prize, The Franz Kafka, dan lain lain.

Walaupun secara teritorial tinggal di Rumania, ia tetaplah berbahasa Jerman. Hal inilah mungkin yang menyebabkan keluarganya menjadi kelompok minoritas. Ibunya pernah menjalani kehidupan di kamp pekerja Gulag, Ukraina (sekarang). Ayahnya pernah menjadi salah seorang anggota pasukan Waffen SS (Schutzstaffel), kesatuan militer yang menjadi kesayangan Hitler. Untunglah kakeknya seorang petani kaya hingga ia bisa menyelesaikan pendidikan tingginya pada Timisoara University dengan mengambil kajian Jerman dan Sastra Rumania. 

Mungkin Muller tak mengira jika di kemudian hari ia akan menjadi penulis besar, karena pada awal kariernya ia hanyalah seorang penerjemah di sebuah pabrik mesin. Ia hanya bertahan tiga tahun sampai 1979 karena ia menolak bekerja sama menjadi informan bagi polisi rahasia rezim Komunis, tentu saja ia dipecat karena perbuatannya itu. Dan ia tak menyesal akan keputusannya. Selepas itu, ia menjadi guru di sebuah taman kanak kanak sambil memberikan privat Bahasa Jerman.

Tahun 1982 adalah titik awal karier menulisnya. Pada tahun itu ia menulis buku yang merupakan kumpulan cerita pendek berjudul ”Niederungen” yang diterbitkan di Bukares oleh Kriterion-Verlag. Pada 1984, buku ini juga diterbitkan di Berlin oleh Rotbuch-Verlag. Di tahun-tahun awal kepenulisannya ia  bergabung dalam komunitas penulis muda yang beroposisi pada pemerintahan diktator Ceasescu. Karena tulisan-tulisannya yang kritis terhadap rezim, ia akhirnya dilarang untuk menerbitkan buku sendiri. Karena tak diakomodasi kebebasan berekspresinya, Jerman menjadi pilihan baginya dan suaminya, novelis Richard Wagner, untuk menjadi tempat tinggal sejak 1987 hingga sekarang. Rezim yang despotik telah memaksanya untuk pindah negara. Hal yang sama  juga pernah dialami oleh Kundera, Kafka, dan lain lain. 

Muller telah memberi pelajaran pada kita bahwa ide dan kebebasan tidak bisa dikekang oleh desingan peluru dan popor senjata. Bahwa kekuasaan yang tak ramah dengan kebebasan hanya akan menuai kelelahan dan kekalahan di kemudian hari. Muller telah menabalkan dirinya sebagai personifikasi penulis yang tak hanya sibuk dengan dunianya akan tetapi juga sanggup melawan tiran lewat literasi bernyali.***

Herta dan Nobel Sastra

Nih inih tulisan kaka si gw,,berhubung sayah tidak bisa nulis sastra,,jadi di post-in tulisan kaka si gw,,katanya c dimuat di koran PR hari minggu kemaren,,baca yahh yahh...

oleh: Asep Imaduddin A.R., penyuka sastra, aktif di Partikelir Institute.

Death is not the biggest fear we have, our biggest fear is taking the risk to be alive, the risk to be alive and express what we really are (Don Miguel Ruiz).

Meraih Nobel Sastra memang bukan segalanya. Jean Paul Sartre-filsuf sastrawan asal Prancis-pernah menolak hadiah Nobel karena dinilai ikon kapitalisme. Tersedia banyak jenis penghargaan bergengsi bagi kategori sastra di dunia ini. Tetapi bagi sebagian pihak, meraih nobel sastra adalah puncak pencapaian karier kepenulisan, penghargaan berwibawa dan teramat penting untuk dilewatkan. Bisa dikatakan buah karya nobelis sastra adalah jaminan mutu. Penulis prolifik (alm.) Pramoedya Ananta Toer pernah beberapa kali menjadi kandidat penerima Nobel Sastra-atas kegigihan Teeuw-tetapi tersungkur di babak babak akhir, dan sampai meninggalnya, Pram tak pernah menerima hadiah itu. 

Tradisi literasi di negeri kita memang masih amat muda, masih merangkak. Era bertutur yang mengakar kuat, masuk era literasi yang tergagap terus meloncat ke era visual yang juga masih tanggung. Serba setengah dengan kualitas yang masih terus dipertanyakan. Setelah Pram, tak ada lagi sastrawan Indonesia yang namanya disejajarkan dengannya. Lihatlah di Mesir ada Nagouib Mahfoudz; di India ada Tagore, Arundhati, Jumpha Lahiri, Rusdhie; di Cina ada Gao Xingjian; di Jepang ada Yasunari Kawabata. Sastrawan-sastrawan tangguh Asia  yang melegenda hingga kini.

Di kontinen Eropa tak terhitung berapa orang sastrawan yang namanya telah dipatri di Akademi Swedia, markas hadiah Nobel ini diberikan. Sully Prudhomme adalah sastrawan pertama yang dianugerahi Nobel Sastra ini. Dan lagi-lagi pada 2009 yang baru lewat, penulis Eropa kembali menjadi kampiun Nobel Sastra--setelah Nobel Sastra 2008 juga jatuh pada novelis Prancis, Jean-Marie Gustave Le Clezio--yang disematkan pada Herta Muller. Muller menjadi perempuan ke-12 yang menerima Nobel Prize for Literature. Mengenai penganugerahan  dirinya--dalam suatu wawancara--ia merasa sangat gembira dan sekaligus tak percaya jika ia benar benar menerima Nobel Sastra.

Muller memang pantas menjadi penerima hadiah Nobel 2009. Ia memenuhi  syarat apa yang pernah dikemukakan oleh Alfred Nobel bahwa penerima Nobel Sastra adalah ”seseorang yang melakukan aktivitas di bidang sastra dengan kerja kerja yang luar biasa”. Karier kepenulisan yang cukup panjang ditambah dengan perlawanan literasi yang sangat bernyali terhadap rezim yang menindasnya menambah bobot kualitas sebagai seorang penulis. Peter Englund, sekretaris tetap Akademi Swedia menyebut Muller sebagai seorang yang melakukan extreme precision with words.

Muller adalah tipe seorang penulis yang tidak menyerah hanya karena rasa takut yang menderanya. Ia gigih memperjuangkan kata hatinya bahwa apa yang ditulisnya adalah benar. Muller tahu betul bahwa tulisannya adalah sebentuk perjuangan melawan kekuasaan, yang berarti perjuangan melawan lupa. Albert Camus pernah menyatakan, tujuan seorang penulis adalah menjaga peradaban dari segala sesuatu yang merusaknya. Dan Muller paham benar akan hal itu bahwa tegaknya peradaban manusia salah satunya dengan cara menulis. Rasa takut untuk tidak menulis hanya akan membuat gelap peradaban, dan aktivitas menulis adalah membuat pencerahan bagi peradaban suatu negeri bagaimanapun tiranik dan despotiknya rezim tersebut. Dan Muller melakukannya dengan rasa sadar.

Herta Muller pernah menyatakan, menulis adalah sesuatu yang teramat penting dan eksistensial bagi dirinya. Menulis adalah mengklarifikasi sesuatu dengan dirinya yang mulanya amat personal, mengklarifikasi sesuatu dengan sesuatu, dan pada akhirnya adalah memahami apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Menulis adalah salah satu cara yang bisa dia lakukan di tengah kepungan rezim komunis yang menindas kebebasan ekspresinya. 
Siapakah Herta Muller?

Herta Muller adalah novelis, esais, dan penyair Jerman kelahiran Rumania. Ia lahir pada 17 Agustus 1953 tepatnya di kawasan Nitzkydorf, Banat, Rumania. Seperti lazimnya di sebagian besar negara Eropa Timur yang dikuasai Komunis Soviet, ia hidup di bawah kekuasaan tiranik Komunis yang represif. Di bawah rezim Nicolas Ceasescu inilah ia mulai menjalani aktivitas kepenulisannya. Muller mulai dikenal secara internasional pada awal 1990-an, ketika itu karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam kurang lebih 20 bahasa. Penghargaan yang diterimanya lebih dari 20 termasuk di antaranya pernah menerima International IMPAC Dublin Literary Award pada 1998, The Kleist Prize, The Franz Kafka, dan lain lain.

Walaupun secara teritorial tinggal di Rumania, ia tetaplah berbahasa Jerman. Hal inilah mungkin yang menyebabkan keluarganya menjadi kelompok minoritas. Ibunya pernah menjalani kehidupan di kamp pekerja Gulag, Ukraina (sekarang). Ayahnya pernah menjadi salah seorang anggota pasukan Waffen SS (Schutzstaffel), kesatuan militer yang menjadi kesayangan Hitler. Untunglah kakeknya seorang petani kaya hingga ia bisa menyelesaikan pendidikan tingginya pada Timisoara University dengan mengambil kajian Jerman dan Sastra Rumania. 

Mungkin Muller tak mengira jika di kemudian hari ia akan menjadi penulis besar, karena pada awal kariernya ia hanyalah seorang penerjemah di sebuah pabrik mesin. Ia hanya bertahan tiga tahun sampai 1979 karena ia menolak bekerja sama menjadi informan bagi polisi rahasia rezim Komunis, tentu saja ia dipecat karena perbuatannya itu. Dan ia tak menyesal akan keputusannya. Selepas itu, ia menjadi guru di sebuah taman kanak kanak sambil memberikan privat Bahasa Jerman.

Tahun 1982 adalah titik awal karier menulisnya. Pada tahun itu ia menulis buku yang merupakan kumpulan cerita pendek berjudul ”Niederungen” yang diterbitkan di Bukares oleh Kriterion-Verlag. Pada 1984, buku ini juga diterbitkan di Berlin oleh Rotbuch-Verlag. Di tahun-tahun awal kepenulisannya ia  bergabung dalam komunitas penulis muda yang beroposisi pada pemerintahan diktator Ceasescu. Karena tulisan-tulisannya yang kritis terhadap rezim, ia akhirnya dilarang untuk menerbitkan buku sendiri. Karena tak diakomodasi kebebasan berekspresinya, Jerman menjadi pilihan baginya dan suaminya, novelis Richard Wagner, untuk menjadi tempat tinggal sejak 1987 hingga sekarang. Rezim yang despotik telah memaksanya untuk pindah negara. Hal yang sama  juga pernah dialami oleh Kundera, Kafka, dan lain lain. 

Muller telah memberi pelajaran pada kita bahwa ide dan kebebasan tidak bisa dikekang oleh desingan peluru dan popor senjata. Bahwa kekuasaan yang tak ramah dengan kebebasan hanya akan menuai kelelahan dan kekalahan di kemudian hari. Muller telah menabalkan dirinya sebagai personifikasi penulis yang tak hanya sibuk dengan dunianya akan tetapi juga sanggup melawan tiran lewat literasi bernyali.***

Senin, 18 Januari 2010

purezento

http://www.purezentos.com/
bagi penyuka pernak pernik jepang jepang an bisa beli disinihhh

purezento

http://www.purezentos.com/
bagi penyuka pernak pernik jepang jepang an bisa beli disinihhh

purezento

http://www.purezentos.com/
bagi penyuka pernak pernik jepang jepang an bisa beli disinihhh

purezentos

bagi yang suka pernak pernik yang berbau jepang,,apapun itu,,bisa di beli di toko online purezentos..inihh link nya.. silahkan klik..buatan anak Indonesia looohhh http://www.purezentos.com/

purezentos

bagi yang suka pernak pernik yang berbau jepang,,apapun itu,,bisa di beli di toko online purezentos..inihh link nya.. silahkan klik..buatan anak Indonesia looohhh http://www.purezentos.com/

purezentos

bagi yang suka pernak pernik yang berbau jepang,,apapun itu,,bisa di beli di toko online purezentos..inihh link nya.. silahkan klik..buatan anak Indonesia looohhh http://www.purezentos.com/

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu
mangga bagi yg mw ikutan tes2 nya :)

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu
mangga bagi yg mw ikutan tes2 nya :)

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu

http://www.cpnsonline.com/?id=deanilucu
mangga bagi yg mw ikutan tes2 nya :)

KARIMUNJAWA, JEPARA, part II

Duuhhhhhhh,,,sudah beberapa minggu ga bikin tulisan,,padahal sayah janji mau update Tour to Karimunjawa Par 2 wehehehehehe,,,jadi agak agak harus menyusun memori lagi nih :)

Jadi begini temans, setelah sayah dan teman yang lain sampai di pelabuhan RA Kartini, kita lalu segera menuju ke tempat pembelian tiket,,ehhhh ndak taunya tempat penjualan tiket dibukanya nanti jam 7 weleh weleh,,mentunggu lagiiii...Dan untuk menghabiskan waktu sampai jam 7 pagi (apa setengah 7 ya? ) nanti, akhirnya kita pun pada membaca buku, wehehehehe, ya enggakkk lah masa jauh jauh mau ke Karimunjawa cuma buat baca buku doang (dirumah juga bisa ^^),, dan akhirnya kita pun berkeliling di sekitar pelabuhan RA Kartini sambil menyalurkan bakat kita untuk menjadi model beken yaitu dengan berfoto-foto di pelabuhan..

Di pelabuhan RA Kartini lumayan juga banyak spot yang bisa dibidik hihihi yaitu kita-kita ber4 ini,,secara yah model (hoekkksss)..kita-kita pun berfoto di depan kapal yang nanti akan mengangkut kita ke Karimunjawa, di deket pantai nya, di deket kapal-kapal nelayan, di deket tempat nongkrong, di deket Patung (?) Kura-kura raksasa (entahlah didalamnya ada apa), dan di deket peta Karimunjawa yang berukuran besar yang di pajang di dekat pembeliat tiket.

Waduh belum apa-apa udah cape ajah nih (cape difoto ^^).. Jam pun menunjukkan pukul 7 kurang, dan kita pun membeli lah tiket.. Ada 2 tiket yang dijual disana, tiket VIP yang dijual seharga Rp.60.000 dan tiket ekonomi yang dijual seharga Rp.30.000.. Karena kita ga kebagian tiket yang VIP (yang ngebet pengen beli tiket VIP ini neng Lulu hihihi, karena dia takut mabok laut katanya), akhirnya kita pun membeli tiket yang ekonomi ajah 4 lembar, dan 2 lembar tiket VIP untuk teman yang menyusul dari Yogyakarta (2 teman ini pengantin baru loh ^^).. Jadi total totalnya Rp 240.000 (yakkkk pinterrrrrrrrr)..

Akhirnya kita pun bertemu dengan teman kita, sepasang pengantin baru yang dari Yogyakarta itu. Namanya adalah Mbak Ando dan Mas Mukhlis (hihihi terkesan tua yaaa padahal mah cuma beda seangkatan ajah sama sayah hihihi jadi masih muda yahhh ^^)...

Lalu, setelah mendapatkan tiket itu, segera masuklah kita ke kapal yang sudah melayang-layang di tepi pantai itu. Tak tau nya pas kita naik ke kapal itu, sudah lumayan banyak orang di kapal,,walhasil kita mengubek-ngubek tempat di posisi yang dirasa wueeenaakkk (secara kita dapet di kelas ekonomi dan lama perjalanan 6 jam)..

Akhirnya Lulu yang merasa diri takut mabok laut, mencari posisi di tengah kapal dekat dengan kipas angin, sedangkan Kiki dan Dindit menempati tempat di belakang kapal yang banyak anginnya.. Tadinya saya mau duduk di belakang kapal ajah bareng Kiki dan Dindit biar kecium bau laut dan angin laut, tapi Lulu duduk di tengah dan tidak ada teman, akhirnya saya menemani Lulu duduk di tengah kapal. Dan ternyata ini saya dan Lulu duduk di tengah kapal ini bukanlah keputusan yang tepat (menurut saya), karena bapak bapak di belakang saya ngerokoooookkkkkkk mulu, ih sebel deh, abis sebatang ngerokok lagi, terussss ajah gitu sama teman2nya yang lain. Padahal kita di depannya udah bersuara uhuk-uhuk, udah nutup hidung disengajain di depan matanya, udah ngeliat-ngeliat mulu ke belakang bapak itu sambil agak agak jutek,  udah bolak balik kesana kemari, teteepppppp ajah tidak bergeming (ini orang ga banget dehhh, padahal di depan dek kita sudah jelas jelas tertulis DILARANG MEROKOK, kagak bisa baca apa atau memang sudah kebal harus melanggar ^^).. Hmmm pokoknya kalau harus dijelaskan secara panjang lebar bakal panjannnnngggg banget cerita di kapal ini secara yah 6 jam plus 2 jam ditunda keberangkatannya, dari yang harusnya berangkat jam 9 pagi malah berangkat jam 11 (apa setengah 11) siang gitu..
Ceritanya kita tidurrr azah yah sampai ke Karimunjawa, btw kita sampai ke Karimunjawa sekitar jam setengah 5 sore-an..
Dan apa yang akan terjadi selanjutnya di Karimunjawa? nanti yah ceritanya dilanjutkan di KARIMUNJAWA JEPARA, PART III.. Habis kalau ceritanya diberesin sekarang sayah pegelll ngetiknya hehehehe...

KARIMUNJAWA, JEPARA, part II

Duuhhhhhhh,,,sudah beberapa minggu ga bikin tulisan,,padahal sayah janji mau update Tour to Karimunjawa Par 2 wehehehehehe,,,jadi agak agak harus menyusun memori lagi nih :)

Jadi begini temans, setelah sayah dan teman yang lain sampai di pelabuhan RA Kartini, kita lalu segera menuju ke tempat pembelian tiket,,ehhhh ndak taunya tempat penjualan tiket dibukanya nanti jam 7 weleh weleh,,mentunggu lagiiii...Dan untuk menghabiskan waktu sampai jam 7 pagi (apa setengah 7 ya? ) nanti, akhirnya kita pun pada membaca buku, wehehehehe, ya enggakkk lah masa jauh jauh mau ke Karimunjawa cuma buat baca buku doang (dirumah juga bisa ^^),, dan akhirnya kita pun berkeliling di sekitar pelabuhan RA Kartini sambil menyalurkan bakat kita untuk menjadi model beken yaitu dengan berfoto-foto di pelabuhan..

Di pelabuhan RA Kartini lumayan juga banyak spot yang bisa dibidik hihihi yaitu kita-kita ber4 ini,,secara yah model (hoekkksss)..kita-kita pun berfoto di depan kapal yang nanti akan mengangkut kita ke Karimunjawa, di deket pantai nya, di deket kapal-kapal nelayan, di deket tempat nongkrong, di deket Patung (?) Kura-kura raksasa (entahlah didalamnya ada apa), dan di deket peta Karimunjawa yang berukuran besar yang di pajang di dekat pembeliat tiket.

Waduh belum apa-apa udah cape ajah nih (cape difoto ^^).. Jam pun menunjukkan pukul 7 kurang, dan kita pun membeli lah tiket.. Ada 2 tiket yang dijual disana, tiket VIP yang dijual seharga Rp.60.000 dan tiket ekonomi yang dijual seharga Rp.30.000.. Karena kita ga kebagian tiket yang VIP (yang ngebet pengen beli tiket VIP ini neng Lulu hihihi, karena dia takut mabok laut katanya), akhirnya kita pun membeli tiket yang ekonomi ajah 4 lembar, dan 2 lembar tiket VIP untuk teman yang menyusul dari Yogyakarta (2 teman ini pengantin baru loh ^^).. Jadi total totalnya Rp 240.000 (yakkkk pinterrrrrrrrr)..

Akhirnya kita pun bertemu dengan teman kita, sepasang pengantin baru yang dari Yogyakarta itu. Namanya adalah Mbak Ando dan Mas Mukhlis (hihihi terkesan tua yaaa padahal mah cuma beda seangkatan ajah sama sayah hihihi jadi masih muda yahhh ^^)...

Lalu, setelah mendapatkan tiket itu, segera masuklah kita ke kapal yang sudah melayang-layang di tepi pantai itu. Tak tau nya pas kita naik ke kapal itu, sudah lumayan banyak orang di kapal,,walhasil kita mengubek-ngubek tempat di posisi yang dirasa wueeenaakkk (secara kita dapet di kelas ekonomi dan lama perjalanan 6 jam)..

Akhirnya Lulu yang merasa diri takut mabok laut, mencari posisi di tengah kapal dekat dengan kipas angin, sedangkan Kiki dan Dindit menempati tempat di belakang kapal yang banyak anginnya.. Tadinya saya mau duduk di belakang kapal ajah bareng Kiki dan Dindit biar kecium bau laut dan angin laut, tapi Lulu duduk di tengah dan tidak ada teman, akhirnya saya menemani Lulu duduk di tengah kapal. Dan ternyata ini saya dan Lulu duduk di tengah kapal ini bukanlah keputusan yang tepat (menurut saya), karena bapak bapak di belakang saya ngerokoooookkkkkkk mulu, ih sebel deh, abis sebatang ngerokok lagi, terussss ajah gitu sama teman2nya yang lain. Padahal kita di depannya udah bersuara uhuk-uhuk, udah nutup hidung disengajain di depan matanya, udah ngeliat-ngeliat mulu ke belakang bapak itu sambil agak agak jutek,  udah bolak balik kesana kemari, teteepppppp ajah tidak bergeming (ini orang ga banget dehhh, padahal di depan dek kita sudah jelas jelas tertulis DILARANG MEROKOK, kagak bisa baca apa atau memang sudah kebal harus melanggar ^^).. Hmmm pokoknya kalau harus dijelaskan secara panjang lebar bakal panjannnnngggg banget cerita di kapal ini secara yah 6 jam plus 2 jam ditunda keberangkatannya, dari yang harusnya berangkat jam 9 pagi malah berangkat jam 11 (apa setengah 11) siang gitu..
Ceritanya kita tidurrr azah yah sampai ke Karimunjawa, btw kita sampai ke Karimunjawa sekitar jam setengah 5 sore-an..
Dan apa yang akan terjadi selanjutnya di Karimunjawa? nanti yah ceritanya dilanjutkan di KARIMUNJAWA JEPARA, PART III.. Habis kalau ceritanya diberesin sekarang sayah pegelll ngetiknya hehehehe...

KARIMUNJAWA, JEPARA, part II

Duuhhhhhhh,,,sudah beberapa minggu ga bikin tulisan,,padahal sayah janji mau update Tour to Karimunjawa Par 2 wehehehehehe,,,jadi agak agak harus menyusun memori lagi nih :)

Jadi begini temans, setelah sayah dan teman yang lain sampai di pelabuhan RA Kartini, kita lalu segera menuju ke tempat pembelian tiket,,ehhhh ndak taunya tempat penjualan tiket dibukanya nanti jam 7 weleh weleh,,mentunggu lagiiii...Dan untuk menghabiskan waktu sampai jam 7 pagi (apa setengah 7 ya? ) nanti, akhirnya kita pun pada membaca buku, wehehehehe, ya enggakkk lah masa jauh jauh mau ke Karimunjawa cuma buat baca buku doang (dirumah juga bisa ^^),, dan akhirnya kita pun berkeliling di sekitar pelabuhan RA Kartini sambil menyalurkan bakat kita untuk menjadi model beken yaitu dengan berfoto-foto di pelabuhan..

Di pelabuhan RA Kartini lumayan juga banyak spot yang bisa dibidik hihihi yaitu kita-kita ber4 ini,,secara yah model (hoekkksss)..kita-kita pun berfoto di depan kapal yang nanti akan mengangkut kita ke Karimunjawa, di deket pantai nya, di deket kapal-kapal nelayan, di deket tempat nongkrong, di deket Patung (?) Kura-kura raksasa (entahlah didalamnya ada apa), dan di deket peta Karimunjawa yang berukuran besar yang di pajang di dekat pembeliat tiket.

Waduh belum apa-apa udah cape ajah nih (cape difoto ^^).. Jam pun menunjukkan pukul 7 kurang, dan kita pun membeli lah tiket.. Ada 2 tiket yang dijual disana, tiket VIP yang dijual seharga Rp.60.000 dan tiket ekonomi yang dijual seharga Rp.30.000.. Karena kita ga kebagian tiket yang VIP (yang ngebet pengen beli tiket VIP ini neng Lulu hihihi, karena dia takut mabok laut katanya), akhirnya kita pun membeli tiket yang ekonomi ajah 4 lembar, dan 2 lembar tiket VIP untuk teman yang menyusul dari Yogyakarta (2 teman ini pengantin baru loh ^^).. Jadi total totalnya Rp 240.000 (yakkkk pinterrrrrrrrr)..

Akhirnya kita pun bertemu dengan teman kita, sepasang pengantin baru yang dari Yogyakarta itu. Namanya adalah Mbak Ando dan Mas Mukhlis (hihihi terkesan tua yaaa padahal mah cuma beda seangkatan ajah sama sayah hihihi jadi masih muda yahhh ^^)...

Lalu, setelah mendapatkan tiket itu, segera masuklah kita ke kapal yang sudah melayang-layang di tepi pantai itu. Tak tau nya pas kita naik ke kapal itu, sudah lumayan banyak orang di kapal,,walhasil kita mengubek-ngubek tempat di posisi yang dirasa wueeenaakkk (secara kita dapet di kelas ekonomi dan lama perjalanan 6 jam)..

Akhirnya Lulu yang merasa diri takut mabok laut, mencari posisi di tengah kapal dekat dengan kipas angin, sedangkan Kiki dan Dindit menempati tempat di belakang kapal yang banyak anginnya.. Tadinya saya mau duduk di belakang kapal ajah bareng Kiki dan Dindit biar kecium bau laut dan angin laut, tapi Lulu duduk di tengah dan tidak ada teman, akhirnya saya menemani Lulu duduk di tengah kapal. Dan ternyata ini saya dan Lulu duduk di tengah kapal ini bukanlah keputusan yang tepat (menurut saya), karena bapak bapak di belakang saya ngerokoooookkkkkkk mulu, ih sebel deh, abis sebatang ngerokok lagi, terussss ajah gitu sama teman2nya yang lain. Padahal kita di depannya udah bersuara uhuk-uhuk, udah nutup hidung disengajain di depan matanya, udah ngeliat-ngeliat mulu ke belakang bapak itu sambil agak agak jutek,  udah bolak balik kesana kemari, teteepppppp ajah tidak bergeming (ini orang ga banget dehhh, padahal di depan dek kita sudah jelas jelas tertulis DILARANG MEROKOK, kagak bisa baca apa atau memang sudah kebal harus melanggar ^^).. Hmmm pokoknya kalau harus dijelaskan secara panjang lebar bakal panjannnnngggg banget cerita di kapal ini secara yah 6 jam plus 2 jam ditunda keberangkatannya, dari yang harusnya berangkat jam 9 pagi malah berangkat jam 11 (apa setengah 11) siang gitu..
Ceritanya kita tidurrr azah yah sampai ke Karimunjawa, btw kita sampai ke Karimunjawa sekitar jam setengah 5 sore-an..
Dan apa yang akan terjadi selanjutnya di Karimunjawa? nanti yah ceritanya dilanjutkan di KARIMUNJAWA JEPARA, PART III.. Habis kalau ceritanya diberesin sekarang sayah pegelll ngetiknya hehehehe...

Sabtu, 02 Januari 2010

KARIMUNJAWA, JEPARA, part I

Hari minggu itu sekitar tanggal 23 Desember 2009, saya mendapat SMS dari teman saya, LULU, yang intinya ngajakin buat backpack-a. Wadoh sebenernya sih sayah pengen buangettt ikut, tapi lagi ada tugas (sebenernya sih bisa dikebut) dan ada 4 janji (1. ke dokter gigi, 2. mau ada temen yang nginep ke rumah, 3. ngerjain rapot kepunyaan ibu sayah, 4.ngambil diktat plus gajian) hohoho... Lalu sayah pun menjawab dengan hati bimbang "mmmm nanti ajah deh keputusannya". Eh besoknya teman sayah itu pun mengirim SMS lagi, yang intinya ngajak ikut lagi, awalnya sih sayah ga mau aja deh ikutan, eh temen sayah itu ngerayu ngerayuu gimnaaa gitu sehingga sayah pun tak tahu lagi untuk tidak berkata tidak..OMGGGGGGG..akhirnya dalam 2 hari itu sayah mengebut tugas2 sayah, ngebut rapot-rapot ibu sayah, ngebut meminta teman sayah yang mau nginep untuk datang keesokan harinya, dan juga ngebut meminta gajihan diawalkan wkwkwkwkwkwk..

Akhirnya tanggal 25 Desember 2009 itu pun saya berangkatlah ke Karimunjawa, tepatnya ke Jepara dahulu dengan menggunakan bis Nusantara dari Bandung. Ongkos bis Nusantara ini ketika akhir-akhir tahun gini naik menjadi Rp 115.000,- ; tapi kalau harga normal biasanya Rp.90.000,-; Bis Nusantara dan bis Santika katanya bis yang super enakeun lah, dapet makan malem pula. Katanya sih ada bis yang lumayan juga seperti Kramat Djati atau Bandung Express, nah ke-2 bis ini kalau harga liburan seharga Rp.90.000,-; tapi kalau harga normal seharga Rp.75.000,-.Tinggal kalian deh mau pilih bis yang mana.

Kami pun -d'power puff girls- (sayah, lulu, kiki, dindit) bertemulah di agen bis itu di daerah dago, deket ITB, deket mesjid salman, yahhhh pokoknya sekitaran itu lah agen bis nya. Dan dijemputlah kami sekitar pukul setengah 6 atau 6 sore oleh bis yang lain (bukan bis Nusantara) untuk diantar ke Cicaheum. Nah ketika sampai di Cicaheum kami pun duduk di tempat duduk masing-masing, waaahhhh penuh bangettt nih bis, sayah duduk sama lulu, dan dindit duduk sama kiki, tuh tuh gerombolan itu pasti mau ke KarimunJawa juga tuh, ujar kami.

Lalu bis Nusantara dari Cicaheum pun berangkatlah sekitar pukul 7malam-an. Nah karena sayah belum sholat magribh dan isya, maka saya pun sholat di bis deh sama lulu, karena tadi masih punya wudhu, jadi ga usah tayamum deh :) Allohu akbar allohu akbar.....

Karena sebelumnya sayah sama lulu udah hujan-hujan-an menuju agen bis tadi, maka walhasil setelah sayah dan lulu sholat, plek glekk zzzzz tiduurrrr pulas kecapean kali, dan bangun-bangun ketika bis berhenti di daerah Cirebon kali atau Brebes gitu deh (ga keliatan cz udah malem) untuk makan malam. Dan kita pun tanpa babibu lagi makaaaaannnn, tanpa sebelumnya cuci muka dulu hihihi..... Beres makan, barulah kita mengosok gigi, cuci muka, pipis, naik bis, tidurrrrr lagi sampai daerah Semarang, bangun sebentar tidurrrrrr lagi..

Akhirnya kita pun sampai di daerah Jepara sekitar pukul setengah 4 pagi. Pas kita membeli tiket sih si bapa-bapa penjual tiket nyebutin kalo ini bis bakal dianterin sampai pelabuhan RA Kartini yang akan mengantarkan kita ke pulau Karimun Jawa. Ealahhhh tapi enggak, bis ini cuma nganterin sampai alun-alun kota Jepara. Huhh dalam hati kita sebel ajah diturunin ditempat yang bukan semestinya kita diturunin, alasan sopirnya sih kalo masih pagi diturunin disini (alun-alun). Huh alasan,,hmmm biarin aja lah kembali berpetualang..

Setelah kita turun tujuan kita yang pertama dahulu adalah Mesjid, ya Mesjid, karena kita ga tau harus kemana dulu untuk sekedar membersihkan tubuh kita yang melekat-lekat terkena debu, keringat, dan mungkin juga iler hehehehe.. Yang sayah tau sih, biasanya alun-alun di wilayah Indonesia dimanapun berada, biasanya letaknya ga bakalan jauh dari Mesjid agungnya, dan memang benar ketika kita turun dari bis, tak jauh dari tempat berdiri terdengar lah suara tahrim oleh orang (atau kaset??) dari Mesjid tersebut..

Di Mesjid kita ikut mandi, ikut sholat, ikut istirahat, foto-foto (teuteuupp), numpang tanya sama orang sanah gimana caranya pergi ke pelabuhan dll.. Ah akhirnyaaa kita pun merasa segar kembali setelah tekena air wudhu itu.. Terimakasih ya Alloh engkau telah memberikan nikmat mu pada kami :)

Nah, untuk menuju ke pelabuhan dari alun-alun bisa memakai jasa angkot ataupun beca. Kalau pakai beca katanya Rp.10.000,- ; kalau pakai angkot katanya bayar lebihan ajah dari biasanya Rp.2000,- menjadi Rp. 5000,- dan minta sampai pelabuhan RA Kartini. Namun waktu itu kami mencarter angkotnya (karena masih shubuh belum ada yang beroperasi angkotnya) sehingga membayar Rp. 30.000,- sampai pelabuhan.. hhhhhhh...

Dan sampailah di pelabuhan RA kartini sekitar pukul setengah 6 pagi, dan apa yang akan terjadi selanjutnyaaa.......nantikan cerita selanjutnya di Karimunjawa part 2 karena ceritanya bakal lebih seruuuuu (kaliii) heuheu (pegel nih negetiknya :) ) c yaaaaaa




KARIMUNJAWA, JEPARA, part I

Hari minggu itu sekitar tanggal 23 Desember 2009, saya mendapat SMS dari teman saya, LULU, yang intinya ngajakin buat backpack-a. Wadoh sebenernya sih sayah pengen buangettt ikut, tapi lagi ada tugas (sebenernya sih bisa dikebut) dan ada 4 janji (1. ke dokter gigi, 2. mau ada temen yang nginep ke rumah, 3. ngerjain rapot kepunyaan ibu sayah, 4.ngambil diktat plus gajian) hohoho... Lalu sayah pun menjawab dengan hati bimbang "mmmm nanti ajah deh keputusannya". Eh besoknya teman sayah itu pun mengirim SMS lagi, yang intinya ngajak ikut lagi, awalnya sih sayah ga mau aja deh ikutan, eh temen sayah itu ngerayu ngerayuu gimnaaa gitu sehingga sayah pun tak tahu lagi untuk tidak berkata tidak..OMGGGGGGG..akhirnya dalam 2 hari itu sayah mengebut tugas2 sayah, ngebut rapot-rapot ibu sayah, ngebut meminta teman sayah yang mau nginep untuk datang keesokan harinya, dan juga ngebut meminta gajihan diawalkan wkwkwkwkwkwk..

Akhirnya tanggal 25 Desember 2009 itu pun saya berangkatlah ke Karimunjawa, tepatnya ke Jepara dahulu dengan menggunakan bis Nusantara dari Bandung. Ongkos bis Nusantara ini ketika akhir-akhir tahun gini naik menjadi Rp 115.000,- ; tapi kalau harga normal biasanya Rp.90.000,-; Bis Nusantara dan bis Santika katanya bis yang super enakeun lah, dapet makan malem pula. Katanya sih ada bis yang lumayan juga seperti Kramat Djati atau Bandung Express, nah ke-2 bis ini kalau harga liburan seharga Rp.90.000,-; tapi kalau harga normal seharga Rp.75.000,-.Tinggal kalian deh mau pilih bis yang mana.

Kami pun -d'power puff girls- (sayah, lulu, kiki, dindit) bertemulah di agen bis itu di daerah dago, deket ITB, deket mesjid salman, yahhhh pokoknya sekitaran itu lah agen bis nya. Dan dijemputlah kami sekitar pukul setengah 6 atau 6 sore oleh bis yang lain (bukan bis Nusantara) untuk diantar ke Cicaheum. Nah ketika sampai di Cicaheum kami pun duduk di tempat duduk masing-masing, waaahhhh penuh bangettt nih bis, sayah duduk sama lulu, dan dindit duduk sama kiki, tuh tuh gerombolan itu pasti mau ke KarimunJawa juga tuh, ujar kami.

Lalu bis Nusantara dari Cicaheum pun berangkatlah sekitar pukul 7malam-an. Nah karena sayah belum sholat magribh dan isya, maka saya pun sholat di bis deh sama lulu, karena tadi masih punya wudhu, jadi ga usah tayamum deh :) Allohu akbar allohu akbar.....

Karena sebelumnya sayah sama lulu udah hujan-hujan-an menuju agen bis tadi, maka walhasil setelah sayah dan lulu sholat, plek glekk zzzzz tiduurrrr pulas kecapean kali, dan bangun-bangun ketika bis berhenti di daerah Cirebon kali atau Brebes gitu deh (ga keliatan cz udah malem) untuk makan malam. Dan kita pun tanpa babibu lagi makaaaaannnn, tanpa sebelumnya cuci muka dulu hihihi..... Beres makan, barulah kita mengosok gigi, cuci muka, pipis, naik bis, tidurrrrr lagi sampai daerah Semarang, bangun sebentar tidurrrrrr lagi..

Akhirnya kita pun sampai di daerah Jepara sekitar pukul setengah 4 pagi. Pas kita membeli tiket sih si bapa-bapa penjual tiket nyebutin kalo ini bis bakal dianterin sampai pelabuhan RA Kartini yang akan mengantarkan kita ke pulau Karimun Jawa. Ealahhhh tapi enggak, bis ini cuma nganterin sampai alun-alun kota Jepara. Huhh dalam hati kita sebel ajah diturunin ditempat yang bukan semestinya kita diturunin, alasan sopirnya sih kalo masih pagi diturunin disini (alun-alun). Huh alasan,,hmmm biarin aja lah kembali berpetualang..

Setelah kita turun tujuan kita yang pertama dahulu adalah Mesjid, ya Mesjid, karena kita ga tau harus kemana dulu untuk sekedar membersihkan tubuh kita yang melekat-lekat terkena debu, keringat, dan mungkin juga iler hehehehe.. Yang sayah tau sih, biasanya alun-alun di wilayah Indonesia dimanapun berada, biasanya letaknya ga bakalan jauh dari Mesjid agungnya, dan memang benar ketika kita turun dari bis, tak jauh dari tempat berdiri terdengar lah suara tahrim oleh orang (atau kaset??) dari Mesjid tersebut..

Di Mesjid kita ikut mandi, ikut sholat, ikut istirahat, foto-foto (teuteuupp), numpang tanya sama orang sanah gimana caranya pergi ke pelabuhan dll.. Ah akhirnyaaa kita pun merasa segar kembali setelah tekena air wudhu itu.. Terimakasih ya Alloh engkau telah memberikan nikmat mu pada kami :)

Nah, untuk menuju ke pelabuhan dari alun-alun bisa memakai jasa angkot ataupun beca. Kalau pakai beca katanya Rp.10.000,- ; kalau pakai angkot katanya bayar lebihan ajah dari biasanya Rp.2000,- menjadi Rp. 5000,- dan minta sampai pelabuhan RA Kartini. Namun waktu itu kami mencarter angkotnya (karena masih shubuh belum ada yang beroperasi angkotnya) sehingga membayar Rp. 30.000,- sampai pelabuhan.. hhhhhhh...

Dan sampailah di pelabuhan RA kartini sekitar pukul setengah 6 pagi, dan apa yang akan terjadi selanjutnyaaa.......nantikan cerita selanjutnya di Karimunjawa part 2 karena ceritanya bakal lebih seruuuuu (kaliii) heuheu (pegel nih negetiknya :) ) c yaaaaaa




KARIMUNJAWA, JEPARA, part I

Hari minggu itu sekitar tanggal 23 Desember 2009, saya mendapat SMS dari teman saya, LULU, yang intinya ngajakin buat backpack-a. Wadoh sebenernya sih sayah pengen buangettt ikut, tapi lagi ada tugas (sebenernya sih bisa dikebut) dan ada 4 janji (1. ke dokter gigi, 2. mau ada temen yang nginep ke rumah, 3. ngerjain rapot kepunyaan ibu sayah, 4.ngambil diktat plus gajian) hohoho... Lalu sayah pun menjawab dengan hati bimbang "mmmm nanti ajah deh keputusannya". Eh besoknya teman sayah itu pun mengirim SMS lagi, yang intinya ngajak ikut lagi, awalnya sih sayah ga mau aja deh ikutan, eh temen sayah itu ngerayu ngerayuu gimnaaa gitu sehingga sayah pun tak tahu lagi untuk tidak berkata tidak..OMGGGGGGG..akhirnya dalam 2 hari itu sayah mengebut tugas2 sayah, ngebut rapot-rapot ibu sayah, ngebut meminta teman sayah yang mau nginep untuk datang keesokan harinya, dan juga ngebut meminta gajihan diawalkan wkwkwkwkwkwk..

Akhirnya tanggal 25 Desember 2009 itu pun saya berangkatlah ke Karimunjawa, tepatnya ke Jepara dahulu dengan menggunakan bis Nusantara dari Bandung. Ongkos bis Nusantara ini ketika akhir-akhir tahun gini naik menjadi Rp 115.000,- ; tapi kalau harga normal biasanya Rp.90.000,-; Bis Nusantara dan bis Santika katanya bis yang super enakeun lah, dapet makan malem pula. Katanya sih ada bis yang lumayan juga seperti Kramat Djati atau Bandung Express, nah ke-2 bis ini kalau harga liburan seharga Rp.90.000,-; tapi kalau harga normal seharga Rp.75.000,-.Tinggal kalian deh mau pilih bis yang mana.

Kami pun -d'power puff girls- (sayah, lulu, kiki, dindit) bertemulah di agen bis itu di daerah dago, deket ITB, deket mesjid salman, yahhhh pokoknya sekitaran itu lah agen bis nya. Dan dijemputlah kami sekitar pukul setengah 6 atau 6 sore oleh bis yang lain (bukan bis Nusantara) untuk diantar ke Cicaheum. Nah ketika sampai di Cicaheum kami pun duduk di tempat duduk masing-masing, waaahhhh penuh bangettt nih bis, sayah duduk sama lulu, dan dindit duduk sama kiki, tuh tuh gerombolan itu pasti mau ke KarimunJawa juga tuh, ujar kami.

Lalu bis Nusantara dari Cicaheum pun berangkatlah sekitar pukul 7malam-an. Nah karena sayah belum sholat magribh dan isya, maka saya pun sholat di bis deh sama lulu, karena tadi masih punya wudhu, jadi ga usah tayamum deh :) Allohu akbar allohu akbar.....

Karena sebelumnya sayah sama lulu udah hujan-hujan-an menuju agen bis tadi, maka walhasil setelah sayah dan lulu sholat, plek glekk zzzzz tiduurrrr pulas kecapean kali, dan bangun-bangun ketika bis berhenti di daerah Cirebon kali atau Brebes gitu deh (ga keliatan cz udah malem) untuk makan malam. Dan kita pun tanpa babibu lagi makaaaaannnn, tanpa sebelumnya cuci muka dulu hihihi..... Beres makan, barulah kita mengosok gigi, cuci muka, pipis, naik bis, tidurrrrr lagi sampai daerah Semarang, bangun sebentar tidurrrrrr lagi..

Akhirnya kita pun sampai di daerah Jepara sekitar pukul setengah 4 pagi. Pas kita membeli tiket sih si bapa-bapa penjual tiket nyebutin kalo ini bis bakal dianterin sampai pelabuhan RA Kartini yang akan mengantarkan kita ke pulau Karimun Jawa. Ealahhhh tapi enggak, bis ini cuma nganterin sampai alun-alun kota Jepara. Huhh dalam hati kita sebel ajah diturunin ditempat yang bukan semestinya kita diturunin, alasan sopirnya sih kalo masih pagi diturunin disini (alun-alun). Huh alasan,,hmmm biarin aja lah kembali berpetualang..

Setelah kita turun tujuan kita yang pertama dahulu adalah Mesjid, ya Mesjid, karena kita ga tau harus kemana dulu untuk sekedar membersihkan tubuh kita yang melekat-lekat terkena debu, keringat, dan mungkin juga iler hehehehe.. Yang sayah tau sih, biasanya alun-alun di wilayah Indonesia dimanapun berada, biasanya letaknya ga bakalan jauh dari Mesjid agungnya, dan memang benar ketika kita turun dari bis, tak jauh dari tempat berdiri terdengar lah suara tahrim oleh orang (atau kaset??) dari Mesjid tersebut..

Di Mesjid kita ikut mandi, ikut sholat, ikut istirahat, foto-foto (teuteuupp), numpang tanya sama orang sanah gimana caranya pergi ke pelabuhan dll.. Ah akhirnyaaa kita pun merasa segar kembali setelah tekena air wudhu itu.. Terimakasih ya Alloh engkau telah memberikan nikmat mu pada kami :)

Nah, untuk menuju ke pelabuhan dari alun-alun bisa memakai jasa angkot ataupun beca. Kalau pakai beca katanya Rp.10.000,- ; kalau pakai angkot katanya bayar lebihan ajah dari biasanya Rp.2000,- menjadi Rp. 5000,- dan minta sampai pelabuhan RA Kartini. Namun waktu itu kami mencarter angkotnya (karena masih shubuh belum ada yang beroperasi angkotnya) sehingga membayar Rp. 30.000,- sampai pelabuhan.. hhhhhhh...

Dan sampailah di pelabuhan RA kartini sekitar pukul setengah 6 pagi, dan apa yang akan terjadi selanjutnyaaa.......nantikan cerita selanjutnya di Karimunjawa part 2 karena ceritanya bakal lebih seruuuuu (kaliii) heuheu (pegel nih negetiknya :) ) c yaaaaaa




Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...