Kamis, 25 Oktober 2012

LEGITNYA UBI CILEMBU


Dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang makanan yang menjadi andalan warga Sumedang. Eitsss, tapi bukan tahu Sumedang yang akan saya ceritakan melainkan umbi nya, tak lain dan tak bukan adalah Ubi Cilembu.
Siapa yang tidak tahu ubi Cilembu? Yup, saya pikir semua penyuka kuliner tentu tahu apa itu ubi Cilembu karena ubi Cilembu ini amat sangat populer. Ubi cilembu merupakan satu-satunya varietas umbi yang hanya ada di Indonesia, khususnya  di Desa Cilembu persis di kaki Gunung Kareumbi. Desa Cilembu merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Pamulihan, kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tidak terlalu jauh dari tempat saya kuliah zaman dulu di daerah Jatinangor.
Ubi Cilembu merupakan salah satu varietas dari ubi jalar. Nah, ubi jalar ini sifatnya ada yang termasuk varietas sweet potato (rasanya manis) dan unsweet potato (rasanya tawar). Ubi jalar yang dikenal dengan bahasa latinnya Ipomoea batatas, merupakan ubi yang awalnya berasal dari benua Amerika, dan dikembangkan berbagai varietasnya di berbagai tempat, termasuk di Indonesia ini. Adapun jenis ubi jalar yang ada di Desa Cilembu adalah jenis Anet, Nirkum, Menes, Eno, dan Jawer, dan yang menjadi andalan ubi di Desa Cilembu adalah adalah jenis Nirkum, karena rasanya yang unggul dibandingkan jenis lainnya. Bahkan sejak zaman Belanda pun jenis Nirkum ini sudah digemari oleh para kompeni.
Ubi Cilembu ini ternyata baru populer di Indonesia sekitar tahun 1900-an. Setelah sebelumnya para petani padi yang juga petani ubi ini memperkenalkannya sekitar tahun 1980an. Walaupun telah banyak orang yang menanam ubi Cilembu ini di daerahnya masing-masing (selain di Desa Cilembu), namun ketika dikonsumsi, rasa ubi Cilembu yang ditanam di daerah selain di Desa Cilembu ternyata tidak seenak dan tidak selegit yang ditanam di Desa Cilembu. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena ternyata kandungan tanah yang ada di Desa Cilembu ini memiliki unsur hara yang unik dan mempunyai komposisi yang sesuai dan pas dengan ubi Cilembu yang ditanam, yang tidak bisa ditemukan di daerah lainnya di dunia ini. Dosen saya bilang kalau tanah yang ada di Desa Cilembu ini indigenous soil, dan seharusnya segera dicagarkan karena hanya ada satu-satunya di dunia.
Ubi Cilembu merupakan salah satu jenis ubi jalar yang termasuk varietas sweet potato sehingga memiliki rasa manis, dan juga memiliki serat yang halus. Namun manisnya ubi Cilembu ini sangat berbeda dengan ubi-ubi lainnya, mengapa berbeda? Karena manisnya ubi Cilembu ini begitu legit seperti madu, berbeda dengan ubi-ubi lainnya. Jadi, ketika kita memasak ubi tersebut  (dengan cara dioven), kemudian setelah matang kita membuka bagian tengahnya, maka croottttt, dari bagian tengah ubi tersebut akan keluar sejenis cairan kuning kental dan lengket seperti madu, dan rasanya pun memang manis dan lembut seperti madu. Oleh karena itu tak heran bila ubi Cilembu ini juga dinamai dengan ubi madu. Bahkan menurut para konsumennya, ubi Cilembu hanya enak dikonsumsi apabila dimasak dengan cara dioven atau dipanggang, bukan digoreng ataupun direbus. Ubi Cilembu tidak disarankan untuk digoreng karena akan cepat gosong sebab ubi cilembu ini mengandung kadar gula yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi lainnya, dan juga tidak cocok untuk direbus karena unsur manis seperti madu yang ada dalam ubi cilembu tersebut akan berkurang.








ilustrasi ubi cilembu
(sumber gambar: www.google.com)


Kandungan Gizi Ubi Cilembu
Dari beberapa sumber yang dibaca, ubi Cilembu ternyata memiliki manfaat dan kandungan vitamin A dan kalsium yang lebih tinggi dari varietas umbi lainnya. Vitamin A yang dimiliki ubi Cilembu ini adalah 7.100 IU (International Unit). Berbeda dengan jenis umbi-umbi lain yang hanya memiliki kandungan vitamin A 0,001-0,69 mg per 100 gram. Adapun manfaat vitamin A yang ada dalam ubi Cilembu ini adalah untuk memperbaiki gizi bagi yang kekurangan vitamin A, menstabilkan kadar gula darah, dan juga untuk menurunkan resistensi insulin. Sedangkan kalsium dari ubi Cilembu ini adalah 46 mg per 100 gram yang berguna untuk metabolisme tubuh dan memperkuat tulang dan gigi. Selain vitamin A dan kalsium yang tinggi, ubi Cilembu ini juga mengandung vitamin B-1 sebesar 0,08 mg, vitamin B-2 sebesar 0,05 mg, niacin sebesar 0,9 mg, serta vitamin C sebesar 20 mg.
Wahhhh ternyata kandungan ubi Cilembu ini besar ya teman-teman. Bahkan, kabarnya ubi Cilembu ini bisa menjadi makanan pokok alternatif juga loh. Jadi, aman banget dikonsumsi bagi teman-teman yang mau diet sehat, tinggal diganti saja deh karbohidrat yang sebelumnya diperoleh dari nasi menjadi karbohidrat yang diperoleh dari ubi Cilembu ini.
Okey dehh, semoga bermanfaat yaa teman-teman postingan dari saya. Salam sehat semuanyaaaa :D





Selasa, 23 Oktober 2012

SENSASI MENUNGGU PAKET "BOM BUKU"

Bagi saya, di zaman sekarang mempunyai laptop dan modem untuk menyambungkannya ke internet adalah sesuatu yang hukumnya “wajib”. Mengapa wajib? Karena dipastikan (walaupun tidak 100%) segala informasi yang hendak kita cari hampir diperkirakan dapat kita temukan semuanya, dari yang memakai bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahkan sampai bahasa yang tidak pernah kita dengar sebelumnya seperti bahasa Suimi, Swahili, ataupun Yiddish. Bagi saya, banyak sekali kegunaan internet, salah satunya adalah kita bisa melakukan belanja online. Saya pikir belanja online ini sangat cocok bagi orang-orang yang sibuk di kantornya sehingga susah untuk meluangkan waktunya untuk berbelanja, malas panas-panasan atau berdesak-desakkan seperti halnya di Pasar Baru Bandung, atau karena faktor jarak sebab barang yang ingin dibeli tidak ada di lokasi tempatnya tinggal.
Bagi saya, belanja online itu mudah, murah, dan cepat. MUDAH karena belanja online itu mudah dilakukan kapan saja, ketika masak, ketika di kantor, ketika di bus, atau dimanapun, tinggal mengarahkan kursor, lalu klik sana, klik sini, pilih barang, transfer, dan tinggal menunggu barang datang ke rumah. MURAH karena barang yang hendak kita beli bisa dengan cepat kita bandingkan harganya di website lain yang menjual barang serupa, sehingga kita bisa mencari harga termurah, bahkan harga yang sedang diskon besar-besaran diwebsitenya. CEPAT karena biasanya belanja online ini membuka layanan chatting atau sms untuk menjembatani komunikasi antara penjual dan konsumen, dan apabila konsumen bertanya-tanya mengenai barang yang hendak dibelinya, si penjual dengan segera menjawabnya (fast respons).
Sudah sekitar tiga tahun ini, saya seringkali melakukan belanja online, seperti membeli baju untuk keperluan lebaran dan membeli buku-buku bagus (di kota saya kebetulan belum ada toko-toko buku besar seperti Gramedia) sehingga jika ingin membeli buku yang bermutu harus datang ke kota besar atau belanja online. Bahkan kedua kakak saya, seperti menjadi “kecanduan” melakukan belanja online karena melihat saya melakukan hal tersebut. Kedua kakak saya tersebut awalnya tidak begitu percaya kepada penjual yang berjualan online (karena takut tertipu), namun lama kelamaan, karena barang yang memang kakak saya butuhkan itu jauh tempat membelinya, maka akhirnya dia pun melakukan pemesanan secara online, mentransfer, dan menunggu barang itu (beberapa novel) datang keesekon harinya. Kakak saya menunggu dengan harap-harap cemas karena khawatir barang yang dibelinya tidak sampai, bahkan khawatir dibohongi. Dan akhirnya, datanglah novel-novel tersebut via biro jasa kirim cepat JNE , dan kakak saya pun bergembira karena novel yang diinginkannya sudah ada ditangannya. Bahkan suatu waktu, ketika kakak saya membeli dengan cara online tiga buah ensiklopedi zaman dulu dari seseorang yang dikenalnya lewat facebook, pengantaran ensiklopedi tersebut sampai dikawal oleh polisi, dan bahkan sampai dibuka oleh petugas pos nya, karena khawatir isi paket tersebut adalah “bom buku”.
Awalnya ketika melakukan belanja online pun saya sempat harap-harap cemas, khawatir saya dibohongi, sudah transfer uang tapi barang tidak dikirim. Namun dengan berpikiran positif kepada penjual online tersebut, akhirnya saya membeli baju yang saya inginkan beberapa pasang, setelah sebelumnya saya ukur ukuran badan saya untuk disesuaikan dengan ukuran baju pada gambar yang ada di website. Esoknya, ketika menunggu baju yang saya pesan diantarkan ke rumah, selain khawatir dibohongi, saya juga khawatir jika barang yang saya inginkan tidak sesuai dengan keinginan saya (seperti tampak di website bagus, tapi ketika sudah sampai terlihat jelek, atau khawatir ukuran baju yang saya pesan tidak pas dengan ukuran badan saya). Namun hal tersebut akhirnya sirna, karena ternyata baju yang saya pesan sesuai dengan keinginan saya, dan terlihat pas ketika dipakai. Oleh karena itu, laptop dan modem untuk koneksi internet pun sangat membantu bagi saya yang sangat malas untuk melakukan belanja dari toko ke toko seperti ke Pasar Baru Bandung, karena selain menyita waktu saya, juga membuang-buang energi dengan mencari-cari barang kesana-kemari. Belum lagi kerugian lain seperti khawatir dicopet ketika berdesak-desakkan ketika di pasar. Jadi, bagi saya belanja online merupakan pilihan yang tepat.


SUMBER: http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2012/10/16/sensasi-menunggu-paket-bom-buku/

Kegiatan Unik dalam Mengurangi Sampah

Sejak pertengahan April 2012 ini, sudah empat kali saya ikut program yang diadakan oleh salah satu organisasi nirlaba KAIL (Komunitas Padang Ilalang) yaitu sebagai peserta maupun relawan acara KAIL. Dimulai dari kegiatan pelatihan Mahir Menulis I, kemudian kegiatan Zero Waste Life Style yang merupakan kegiatan organisasi YPBB dimana KAIL menjadi mitranya, lalu pelatihan Cara Berpikir Sistem, serta pelatihan Mahir Menulis II. Dari keempat kegiatan tersebut ada satu hal yang membuat saya tertarik mengapa saya sering mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh KAIL. Bukan isi materi yang membuatnya unik (karena diluar sana masih banyak organisasi yang membuat program yang sama seperti ini), tapi yang membuatnya unik adalah usaha para penggiat organisasi (panitia) ini dalam meminimalisir sampah yang dihasilkan oleh para peserta ketika acara pelatihan berlangsung. Padahal para peserta tersebut notabene berasal dari latar belakang yang berbeda, yang mungkin tidak semuanya paham mengenai isu-isu lingkungan yang terjadi.
Bagaimana cara mereka meminimalisir sampah? Menurut saya cara unik yang mereka lakukan adalah:
Pertama, ketika sesi kesatu berlangsung dan kemudian break, snack/camilan yang mereka sediakan biasanya mereka simpan dalam piring-piring rotan yang dialasi oleh daun pisang untuk menyimpan camilannya seperti risols, bala-bala, lemper, bola-bola ubi, dll. Mereka tidak menyediakan snack untuk peserta dalam suatu dus-dus kecil yang biasanya saya dapati ketika mengikuti acara di organisasi lain. Seperti kita tahu snack yang dikemas dalam kardus-kardus kecil tersebut biasanya terdiri dari beberapa jenis camilan yang selalu dibungkus dalam plastik-plastik transparan ditambah minuman gelas plastik. Dan mereka sama sekali tidak melakukan hal-hal tersebut. Adapun sampah bungkus lemper atau lontong yang terbuat dari daun pisang, biasanya mereka kumpulkan dalam suatu tempat sampah organik, untuk kemudian nantinya mereka kubur di tanah supaya terurai. Jadi, menurut saya mereka telah berusaha meminimalisir sampah dari kardus dan plastik-plastik kecil bungkus snack.
Kedua, untuk air minum peserta, biasanya para panitia menyediakan aqua galon dan gelas-gelas kaca yang ditempeli kertas nama. Tujuannya agar kertas yang menempel dikaca tersebut bisa ditulisi nama oleh para peserta yang minum dari gelas yang diambilnya, sehingga tidak terjadi “gelas yang tertukar” dengan gelas peserta lain. Untuk menulisi gelas tersebut panitia menyediakan spidol marker yang disimpan dipinggir gelas-gelas tersebut. Mereka tidak membeli air minum gelas kemasan plastik untuk para peserta. Cara mereka tersebut menurut saya selain meminimalisir sampah plastik yang berasal dari gelas kemasan, juga menghemat air karena panitia tidak perlu berkali-kali mencuci gelas-gelas kotor.
Ketiga, untuk makan berat peserta, panitia menyediakannya dalam bentuk prasmanan. Panitia tidak menyediakan makan berat dalam wadah sterefoam yang biasanya saya dapati bila saya mengikuti suatu acara seperti di organisasi-organisasi lain. Dengan begitu, sampah sterefoam yang bisa hancur dalam waktu sekitar 100 tahun bisa diminimalisir, bahkan dalam kegiatan ini mereka menerapkan Zero Waste Life Style.
Keempat, makanan yang disediakan untuk peserta dan panitia, tak pernah berlebihan, namun senantiasa cukup, sehingga tidak ada makanan sisa yang berlebihan dan menjadi mubazir.
Terakhir, bila masih ada sampah plastik seperti botol minuman plastik yang dibawa oleh peserta, KAIL memfasilitasi nya juga dengan menyediakan tempat sampah plastik (non-organik). Dan ketika acara usai, sampah botol plastik tersebut panitia bawa untuk dikumpulkan bersama sampah botol plastik lainnya untuk diberikan kepada para pemulung yang membutuhkannya,
Jadi, menurut saya tindakan-tindakan tersebutlah yang membuat unik organisasi KAIL dalam mendukung pengurangan produksi sampah di kota Bandung. Dan saya berharap agar organisasi-organisasi lainnya bisa mengikuti jejak tersebut dengan mengurangi penggunaan air minum kemasan plastik, sterefoam, sendok plastik, piring plastik sekali pakai, dsb dalam berbagai acara yang dilaksanakan, yang nantinya bisa berujung sampah yang susah untuk di daur ulang. Salam Hijau :)


SUMBER: http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/10/22/kegiatan-unik-dalam-mengurangi-sampah/

Minggu, 21 Oktober 2012

YANG MUDA YANG KREATIF


Dalam tulisan ini saya akan membahas peran pemuda dalam berwirausaha dengan caranya yang kreatif. Pemuda dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti orang yg masih muda; orang muda: — harapan bangsa atau orang muda laki-laki; remaja yang akan menjadi pemimpin bangsa. Sedangkan kreatif berarti berfikir out of the box, berfikir berbeda dari orang lain.
Sejak tahun 2000-an, dunia maya alias dunia internet telah menjadi pusat perhatian bagi setiap orang, khususnya para anak muda, karena biasanya para anak muda selalu penasaran dengan hal-hal yang sifatnya baru. Para pemuda ini membuat akun-akun di sosial media yang disediakan oleh layanan internet seperti facebook, twitter, ataupun blog. Sepertinya para anak muda ini tak pernah kehabisan akan ide-ide kreatif yang dimilikinya, termasuk ide kreatif dalam berwirausaha.
Bagi para anak muda yang menyukai dunia wirausaha, keberadaan sosial media di internet ini bisa menjadi ajang promosi bagi usaha yang sedang atau akan mereka rintis. Seperti halnya keripik pedas maicih yang dikelola oleh seorang wirausahawan muda asal Bandung, dia dan tim-nya mempromosikan keripik pedas yang merupakan produk usahanya melalui akun twitter @infomaicih. Dalam akun twitter tersebut, tim maicih mentwit dimana mereka sedang berjualan, misalnya twit yang mereka posting “hari ini sedang gentayangan di jalan dago, depan SMA 1 Bandung”.  Terbukti dengan cara ini tim maicih berhasil menarik perhatian para pembeli supaya para pembeli mencari mereka ke tempat yang diposting melalui Time Line twitter. Oleh karena itu, sebelum membeli hendaklah pembeli memantau terlebih dahulu Time Line @infomaicih supaya bisa mengetahu posisi mereka berjualan.
Lain lagi dengan yang dilakukan oleh anak muda yang bernama Rizki Pratama. Dia merupakan seorang mahasiswa angkatan 2010 yang berhasil menjadi pengusaha kuliner dengan merek dagangnya “Kurisol”. Dia berhasil menjadi pengusaha setelah terinpirasi dari mengerjakan tugas kuliah wirausaha di kampusnya di Bandung. Kurisol terinspirasi dari risol biasa yang kemudian Rizki inovasikan isian risolnya dengan bermacam-macam rasa, seperti rasa original (berisi daging ayam), rasa spicy (daging ayam yang ditambah bumbu pedas), rasa keju, rasa daging sapi, dan berbagai varian rasa lainnya. Untuk mempromosikan produknya tersebut, selain dari sering mengikuti bazar, Rizki juga sering mempromosikan produknya lewat twitter.
Ada lagi teman saya yang membuat aksesoris produk seperti bros, gantungan kunci, bantal, dan boneka yang dibuat dari bahan flanel. Awalnya dia belajar membuat aksesoris tersebut dari internet dan buku cara membuat aksesoris dari bahan flanel. Dari ketekunannya mempelajari proses pembuatan aksesoris tersebut, akhirnya dia berhasil membuat berbagai aksesoris yang disukai oleh para remaja dan anak-anak. Selain memasarkannya secara offline, dia juga memasarkan produknya secara online, sehingga orang lain yang yang memilki keterbatasan jarak, bisa memesannya secara online dan dikirim via pos.
Melihat fenomena diatas, membuat saya berpikir bahwa untuk menjadi kaya disaat muda dapat dilakukan dengan suatu usaha yang namanya berwirausaha, bukan berwirausaha seperti orang kebanyakan, tapi berwirausahalah dengan konsep out of the box, serius dan fokus. Dengan cara seperti itu, membuat para pembeli merasa penasaran dan ingin mencoba apa yang sedang kita pasarkan. So, jadilah anak muda yang kreatif. Dan biar lebih expert, ya kuliah di Prasetiya Mulya Business School doong.



Sabtu, 13 Oktober 2012

FLASHPACKING SINGAPURA DAN MALAYSIA


Dulu waktu di De-A (tempat sekolah saya dulu di Garut) hobi saya adalah jalan-jalan dan jajan-jajan. Banyak perjalanan yang saya lakukan waktu di De-A, seperti menjelajah Sungai Cipeujeuh, jalan-jalan ke irigasi, mendaki bukit ke daerah ngamplang, jalan-jalan keliling De-A dari asrama putri, laboratorium, aula, lapang basket, sampai asrama putra kalau lagi libur bulanan, main ke koperasi, mengantar teman meeting di Mesjid Agung Garut (#dan saya cukup ngegel curuk ngeliatin mereka yang lagi meeting), lari pagi dan nonton yang sedang latihan basket di kerkof, jalan-jalan ke rumah temen untuk perbaikan gizi sambil nonton film india, bolak balik Garut-Bandung-Subang tiap caturwulan, ngabring naik angkot untuk dicarter sampai ke Situ Bagendit dan botram disana, jalan kaki dari alun-alun ke Pengkolan (Asia) kemudian balik lagi ke arah Yogya dan nyangkut di bakso Mulang Sari diteruskan makan pempek dekat Bank BNI lanjut ke Sipeeut dan berakhir beli cemilan di Pasar Ceplak (#eungap pisan pemirsaaah!!). Dan masih banyak lagi perjalanan di De-A yang tidak saya tulis karena saya sudah lupa pernah kemana saja saking banyaknya (hahahaha #kibas.pake.kerudung). Nah, mungkin berawal dari De-A lah hobi jalan-jalan dan jajan-jajan saya mulai tumbuh berkembang, karena ketika saya SD, naik angkot saja pun saya belum berani sebab takut diculik (#hmm dipikir-pikir mana ada penculik yang mau nyulik budak RWO6, yang ada juga mereka gak balik modal :D). 

Hobi jalan-jalan dan jajan-jajan ini terbawa sampai saya kuliah. Namun, seperti diketahui bahwa saku anak kost itu tidak setebal saku-saku nya para koruptor muda macam Nazarudin (#eh). Maka untuk mensiasatinya saya selalu menyisihkan uang yang saya peroleh, baik itu dari jatah uang bulanan, uang dagang donat dan risols, uang proyekan jadi asisten peneliti, uang ngeles anak orang, dan uang nungguin lilin (#eh yang ini enggak). Nah, baru setelah uang yang terkumpul cukup untuk jalan-jalan dan jajan-jajan sewajarnya, maka saya putuskan untuk berangkat ke daerah yang saya pun belum pernah tahu keadaannya dengan itinerary yang saya buat sebelumnya. Namun itinerary yang saya buat itu terkadang berbeda prakteknya ketika sudah berada di lapangan, seperti waktu ke Semarang saya sudah membuat itinerary untuk menginap di Wisma Kesehatan karena letaknya berada di pusat perkotaan dekat Simpang Lima, namun ketika saya sudah sampai kesana ternyata Wisma Kesehatan tersebut sudah raib, karena waktu saya kesana hanya bertemu dengan runtuhan bangunan yang akan dibangun menjadi gedung perkantoran (#korban.mbah.google (u.u)).

Anyway, saya menyebut diri saya adalah flashpacker, kenapa flashpacker? Karena flashpacker itu adalah sebutan bagi orang yang doyan jalan-jalan, tapi budgetnya terbatas, namun menginginkan fasilitas yang nyaman dan tidak terlalu menggembel. Dengan kata lain budget ransel, tapi fasilitas koper, ya biarpun bokek tapi jangan keliatan lusuh-lusuh amat gitu deh hehe. Nah, bagaimanakah caranya? Mari teruskan kembali membaca tulisan saya.

Saya merupakan anak kampung asli (#cihuyy), jadi norak dan udiknya kalau kata temen-temen mah naudzubillah sekali. Ke negara jiran saja saya belum pernah, gimana mau kesana, lah wong tiket saja mahal, belum akomodasi dan tektek bengek lainnya, pikir saya zaman dulu. Ah bodo amat pikir saya, minimal saya harus menginjakkan kaki di negara tetangga dulu, baru melipir ke negara lainnya. Maka di akhir tahun 2010 dulu saya menuliskan apa yang harus saya lakukan di tahun 2011, saya tulis berderet-deret dan besar-besar di paperboard di kamar saya, berikut hal-hal yang saya ingat dan harus saya lakukan di tahun 2011:
1.      Bikin paspor (karena kalau ke luar negeri harus punya paspor hijau dulu)
2.      Dapet beasiswa meneruskan kuliah ke luar negeri (dengan modus biar bisa jalan-jalan gratis di luar negeri, seperti pepatah bilang sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui)
3.      Terus apa lagi yah, lupa soalnya banyak banget dan yang keinget cuma yang itu.

Maka dengan semangat ’45 di awal tahun 2011, berangkatlah saya ke kantor imigrasi untuk membuat paspor dengan tanpa perantaraan calo, dan memang tidak ada calo yang mendekati saya di kantor imigrasi tersebut, karena sudah ketahuan dari tampangnya bahwa uang yang saya punya hanya cukup untuk bikin paspor dengan harga asli kantor imigrasi bukan harga calo yang biasanya mematok harga berkali-kali lipat. Maka pantas lah kalau paspor saya jadinya lamaaaaaaaaa sekali hampir tiga minggu karena diselak sana-diselak sini oleh mereka-mereka yang nitip sama calo (#nasib-nasib). Oh ya, ketika diwawancara oleh petugas imigrasi kenapa saya membuat paspor, dengan mantapnya saya bilang ‘‘untuk persyaratan melanjutkan kuliah ke luar negeri, pak’’ (#wadul banget saya, padahal mah masukin aplikasi nya juga belum dan ga tahu kemana, yang penting di approve dulu paspornya).

Setelah saya dapet paspor saya sempat bingung mau kemana. Maka beberapa bulan saya diamkan dulu paspor itu dan saya hanya cari-cari info di internet dan buku traveling. Sampai akhirnya saya menemukan buku karangan Claudia Kaunang yang isinya tentang jalan-jalan ke negara Singapura dengan hanya 500 ribu dan buku tentang jalan-jalan ke Singapura, Malaysia dan Thailand hanya dengan 2 juta. Ih bohong banget sih, kata saya waktu itu karena saya pikir gak mungkin lah murah banget segitu. Dan pada akhirnya ketika saya beres membaca, saya menjadi terpengaruh untuk jalan-jalan seperti mbak CK ini, gue banget lah pokoknya cheaper tapi comfort hihihihi. Nah loh tapi kalau pergi sendirian saya ga berani juga, tapi kalau barengan sama temen malah suka ga match waktunya, jadi mau gak mau saya putuskan untuk pergi sendirian, diulangi sendirian. Maka belilah saya tiket jauh-jauh hari sebelumnya agar agak murah, dengan tujuan Bandung-Singapura-Malaysia-Bandung. Saya memilih kedua negara tersebut karena saya masih newbie dalam hal perjalanan ke luar negeri jadi harus ada pemanasan dulu dengan pergi ke negara tetangga terlebih dahulu. Selain itu budget yang saya punya memang hanya cukup untuk pergi ke sana, kalau budget yang saya punya banyak mah mungkin saya berani pergi ke negara yang lebih jauh. Dan selain itu di Singapura sedang ada paket jalan-jalan hemat, sekitar 100 dollar Singapura. Jadi saya ikut deh, dengan meeting point di Bandara Changi. Jadi saya dari Bandung sendirian, kemudian kumpul bersama teman-teman lain yang tidak saya kenal sebelumnya, kemudian dari Bandara Changi kita ngetrip bareng menyusuri negara yang dijuluki Negara Kota itu.

Harus saya akui bahwa di Singapura segala sesuatu memang serba rapi, teratur, dan terkomputerisasi. Kalau kita baru pertama kali ke Singapura, saya berasumsi kita tidak akan kesasar bila ingin pergi kesana-kemari karena informasi mengenai tempat-tempat yang dituju begitu jelas dan mudah diperoleh. Mulai dari brosur gratis yang lengkap yang bisa kita peroleh di bandara, papan informasi yang jelas berikut alur panahnya, selain itu bila naik MRT kita bisa memastikan kapan datang dan perginya kereta sehingga tidak wasting time.

Dari Changi bersama teman-teman yang baru saya kenal, kita mengunjungi Restoran Makanan Laut Chai Chee karena laparnya minta ampun waktu itu. Kabarnya, restoran ini adalah salah satu restoran seafood terkenal di Singapura, orang Singapura bilang die die must try (wajib dicoba). Beres makan, kita numpang sholat di lantai 2 restoran ini. setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke daerah Merlion dan sekitarnya. Spot pertama yang dikunjungi bertemakan CULTURE and LANDMARKS, yaitu ke daerah CBD (Central Business District), MRT City Hall dan Raffles Place. Nah, disana ada tempat-tempat yang harus dikunjungi, apalagi kalau bukan Merlion Statue, Fullerton Hotel, Esplanade Theatre On The Bay (bangunan yang kayak buah durian), Raffless Statue (Raffles Landing Site), Parliament House, The Art House, Victoria Theatre & Concert Hall, Asian Civilization Museum, ke sekitarannya Marina Bay Sands, Marina Barrage (bendungannya orang Singapura), Art Science Museum, ke Universal Studio Singapore (numpang moto di depan globe nya doang, abisan kalo masuk lumayan mahal), mampir ke Sentosa sedikit, terus ke daerah Chinatown, liat-liat temples, ke Sri Marriamaman Temple, lanjut ke Pagoda Street (disana terdapat night market versi ChinaTown, murah-murah barangnya harus nawar tapi), lanjut  terus ke Clarke Quay (katanya sih happening banget ni tempat, tapi biasa aja kata saya mah hihihi, abisan cuma ada resto-resto dan bar-bar, yang memang dibangun di sepanjang Sungai yang bersih tentunya), lalu ke Kampong Glam dan Little India yang cuma numpang lewat aja abisan malam minggu mah suka desek-desekan. Habis itu ke hostel di daerah Bugis. Haaa dan saya ga inget semua tempat yang dikunjungi. Duh pegel juga deh walking tour hari ini. Dan gak jauh dari situ ada Mesjid yang gede, Mesjid Sultan namanya, tadinya saya mau shalat disitu, tapi karena kelelahan akhirnya sholat di hostel aja. Dan kabarnya suara adzan di Singapura hanya terdengar bila kita berada dalam mesjidnya, tidak terdengar ke luar. Beda banget yah kalo di De-A mah dari tahrim sampe adzan di geber terus pake pengeras suara (#sesuatu).

Malam harinya setelah makan malam di sekitar Bugis, saya bersiap untuk tidur. Anyway mengenai makanan di Singapura, banyak makanan halal, kalau masih ragu tanya aja sama pedagangnya, atau liat kalau ada tulisan NO PORK NO LARD itu maksudnya adalah halal. Dan ketika mau tidur saya baru inget belum ngabarin orang rumah, pas ngecek sms, ternyata ibu saya udah beberapa kali nelpon dan ngesms, salah satu isinya bilang gini “de, meni ga dibales ibu ngesms teh” hihihi adeuhhh ibu saya khawatir anaknya nyasar-nyasar. Namun karena saya gak punya pulsa (gubrakk kere bangett deh gw), akhirnya saya ngabarin dengan chatingan (alhamdulillah ada wifi di hostel).

Esoknya jam 9, kita jalan kaki ke MRT bugis, mau ke daerah Orchard. Yapp benar sekali tema kali ini adalah dari mall ke mall, jangan pernah ngaku ke Singapura kalau ga mampir ke Orchard Road ini. Walaupun gak suka belanja, at least window shopping aja kayak saya hanya liatin orang-orang belanja aja (#sabar). Bukan karena saya gak doyan belanja, tapi karena tekad saya jalan-jalan adalah untuk melihat dunia, dan saya gak mau nafsu belanja saya menodai perjalanan ini (#hiaaaa sok banget deh gw, bilang aja kere :D).

Sepanjang Orchard Road ini, saya melewati Istana Negara-nya Singapura, terus disebrang jalannya ada Istana Park nya (jadi, Istana sama Park nya kepisah oleh jalan raya), Concorde Shopping Mall, Orchard Central, 313Somerset, Orchard Shopping Centre, Orchard Building, Mandarin Gallery, The Heeren, Ngee Ann City/Takashimaya, Embassy nya New Zealand dan Polandia, The Paragon, Lucky Plaza, Wisma Atria, ION Orchard, H&M, Tangs Depstore, dan lupa lagi apaa yaaa haha abisan sepanjang jalan itu isinya mall semua atau hotel. Oh ya, sepanjang Orchard Road ini rata-rata mall nya nyambung-nyambung gitu dari satu mall ke mall lain, makanya daerah Orchard ini suka dibilang Orchard Road Shopping Belt, ya itu karena saling terhubung dari satu mall ke mall yang lain sehingga ga kepanasan ataupun kehujanan. Dan kerennya, negara tetangga ini walapun jarang ditemui tempat sampah di jalan sekitar Orchard tapi jalan ini bersih sekali, cuma daun aja yang berserakan karena jatuh. Oh ya, saya ingetin jangan buang sampah dimana aja yaaa, CCTV mereka dimana-mana, kan gak lucu juga kena denda hanya karena buang sampah sembarangan. Namun ada hal-hal miris juga yang saya temui di Singapura walaupun dia termasuk negara maju, soalnya sebagian nenek-nenek masih ada yang bekerja keras seperti menjadi cleaning service di mall-mall, di Bandara Changi, dan ada juga yang menjadi tuna wisma yang saya temui ketika saya hendak naik MRT ke Changi (#kemana ya anak mereka?). Dari Orchard Road kita kembali lagi ke Bugis untuk beli oleh-oleh murah meriah di Bugis Area. Malamnya, teman sekamar saya pergi lagi mau naik Singapore Flyer, saya sih ga ikut, selain udah malam juga untuk saving money karena saya besok akan ke KL.

Esoknya ketika hendak ke KL saya asli deg-deg-an karena saya benar-benar berangkat sendiri dan hanya mengandalkan buku panduan. Untunglah saya ga nyasar naik MRT sampai ke Bandara Changi dan langsung mencari pesawat ke KL. Ketika sampai di Bandara KL yaitu di Bandara LCCT, saya lalu mencari-cari bis yang hendak membawa saya ke KL Central dengan lama perjalanan sekitar satu jam. Dari KL Central saya membeli kartu perdana Malaysia dulu, karena saya asli gak punya pulsa banget buat nelpon sahabat saya di De-A yang waktu itu sedang kuliah di IIUM, nama panggilannya Abi (noh bi, sama gw ditulis namanya biar eksis hihihi). Untunglah si Abi bisa ngejemput saya di KLC karena saya ngasih tahunya pun dadakan mau ke KL. Dan untuk seharian itu Abi resmi jadi tour guide dadakan.

Dari KLC, Abi ngajakin keliling KL pake LRT terus komuter, yang masih saya inget waktu itu diajakin ke Central Market, Twin Tower, terus ke jalan Bukit Bintang deh nyari-nyari hostel ampe puyeng selangit. Setelah saya dapet room, Abi pulang deh ke asramanya di IIUM, dan secara resmi saya cengo karena ga ada temen lagi. Di hostel ini saya memilih tipe kamar yang dormitory biar lebih murah sewanya, jadi sekamar bisa untuk berenam, ranjang kasurnya mirip kayak di De-A pake ranjang tingkat. Tapi karena hari itu bukanlah peek season, jadi sedikit sekali orang yang melancong ke KL. Di hostel aja cuma ada 5 bule, 3 Indonesia, dan 1 Penang. Dan kamar saya yang seharusnya untuk berenam itu hanya diisi oleh saya saja, syukur deh, tapi keueung. Akhirnya saya kenalan sama 3 orang dari Indonesia itu, ternyata mereka adalah para mbak-mbak pelancong sejati, keren abis lah mereka. Nah karena saya sendirian, maka saya meminta izin supaya bisa ngintilin mereka kemanapun mereka pergi, dan APPROVED. Syukur deh ada temen jalan lagi. Nah malamnya saya ngintilin mbak-mbak tadi ke Twin Tower lagi, buat ngambil gambar di malam hari. Setelah puas keliling-keliling kita makan nasi lemak dan teh tarik, kemudian balik deh ke hostel dan tiduuuurrrr.

Esoknya mbak Lina, mbak Evi dan mbak Vivi harus pulang ke Indonesia, tapi sebelumnya mereka mau jalan-jalan dulu ke Batu Caves yang ada patung Dewa Murugan. Dan saya masih setia ngintilin mereka. Oh iya,  Batu Caves adalah bukit kapur yang memiliki gua-gua dan kuil-kuil umat Hindu. Letaknya di daerah Gombak, Kuala Lumpur. Daerah Batu Caves ini merupakan titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia. Disana kita liat-liat patung-patung Dewa umat Hindu yang besar-besar, terus kita liat-liat kuil nya, liat upacara mereka, ngasih makan burung yang banyak banget, terus naik sekitar 274 an anak tangga (kalo ga salah), widiihhhh pegel lah pokoknya hehehe.

Pulangnya dari Batu Caves tersebut kita makan dulu, terus mbak-mbak tadi balik lagi ke hostel dan langsung berangkat ke LCCT, dan resmi saya ditinggal sendirian lagi. Untunglah pas saya pulang ke hostel di ruang tv ada Steve, seorang Malaysia asal Penang yang lagi menginap di KL. Akhirnya kita kenalan dan Steve terkejut ketika tahu saya sedang traveling sendirian. Beres maghrib, Steve ngajakin saya jalan-jalan sebentar ke luar, widiihhh rame banget deh di luar secara daerah hostel tempat saya menginap ini seperti jantungnya KL. Eh si Steve malah ngajakin minum bir, ampun deh nih anak kagak liat apa yak aye pake kerudung, ckckckck, kemudian sambil ketawa saya bilang aja wah saya kan Muslim, trus si Steve jawab, oh kirain kamu kayak teman saya di rumah (baca:temannya ada yang Islam KTP). Terus saya jawab aja kalau saya Islam beneran hehe. Si Steve pun paham dan langsung pesan es jeruk di tempat makan di pinggir jalan. Setelah itu kita jalan lagi keliling Bukit Bentang ngeliatin manusia patung perak yang gak gerak-gerak, dengan jail nya si Steve ngambil topi manusia perak yang jadi patung itu. Hmmm. Lelah dari tadi jalan-jalan, akhirnya kita balik lagi ke hostel. Sebelum pergi ke dormitory room masing-masing, si Steve bilang kalo besok kita jalan-jalan lagi keliling-keliling, waduh tapi besok pagi saya ga bisa karena harus udah chek out dari hostel karena mau ke kampusnya si Abi di IIUM terus langsung pulang ke Bandung deh. Malam itu di dormitory room saya masih sendirian, karena belum ada yang check in lagi. Maka saya kunci rapat-rapat kamarnya.

Esoknya si Abi ngasih tahu kalau mau ke IIUM harus dari pagi karena saya harus udah kembali lagi ke Bandung sorenya. Sesuai dengan instruksi dari Abi, saya memakai kereta dulu sampai ke KLC, terus ganti kereta lagi ke arah Gombong. Nah, dari sana saya di jemput deh pake motor ke arah IIUM, jauhnyaaaaa. Sampai di IIUM saya nganterin Abi dulu buat bayar kuliah, terus makan dulu ke kantin di IIUM, foto-foto dikit depan kampus IIUM, dan terakhir pulang deh. Harusnya disini saya ketemu juga sama Igum alias Ihsan Gumilar temen di De-A juga, namun Igum udah keburu sekolah lagi ke Kanada, jadinya yang ketemu dengan anak De-A ya Cuma sama Abi aja. Hmm segitu deh cerita flashpackingan saya waktu ke negara tetangga.  

Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...