Sabtu, 13 Oktober 2012

FLASHPACKING SINGAPURA DAN MALAYSIA


Dulu waktu di De-A (tempat sekolah saya dulu di Garut) hobi saya adalah jalan-jalan dan jajan-jajan. Banyak perjalanan yang saya lakukan waktu di De-A, seperti menjelajah Sungai Cipeujeuh, jalan-jalan ke irigasi, mendaki bukit ke daerah ngamplang, jalan-jalan keliling De-A dari asrama putri, laboratorium, aula, lapang basket, sampai asrama putra kalau lagi libur bulanan, main ke koperasi, mengantar teman meeting di Mesjid Agung Garut (#dan saya cukup ngegel curuk ngeliatin mereka yang lagi meeting), lari pagi dan nonton yang sedang latihan basket di kerkof, jalan-jalan ke rumah temen untuk perbaikan gizi sambil nonton film india, bolak balik Garut-Bandung-Subang tiap caturwulan, ngabring naik angkot untuk dicarter sampai ke Situ Bagendit dan botram disana, jalan kaki dari alun-alun ke Pengkolan (Asia) kemudian balik lagi ke arah Yogya dan nyangkut di bakso Mulang Sari diteruskan makan pempek dekat Bank BNI lanjut ke Sipeeut dan berakhir beli cemilan di Pasar Ceplak (#eungap pisan pemirsaaah!!). Dan masih banyak lagi perjalanan di De-A yang tidak saya tulis karena saya sudah lupa pernah kemana saja saking banyaknya (hahahaha #kibas.pake.kerudung). Nah, mungkin berawal dari De-A lah hobi jalan-jalan dan jajan-jajan saya mulai tumbuh berkembang, karena ketika saya SD, naik angkot saja pun saya belum berani sebab takut diculik (#hmm dipikir-pikir mana ada penculik yang mau nyulik budak RWO6, yang ada juga mereka gak balik modal :D). 

Hobi jalan-jalan dan jajan-jajan ini terbawa sampai saya kuliah. Namun, seperti diketahui bahwa saku anak kost itu tidak setebal saku-saku nya para koruptor muda macam Nazarudin (#eh). Maka untuk mensiasatinya saya selalu menyisihkan uang yang saya peroleh, baik itu dari jatah uang bulanan, uang dagang donat dan risols, uang proyekan jadi asisten peneliti, uang ngeles anak orang, dan uang nungguin lilin (#eh yang ini enggak). Nah, baru setelah uang yang terkumpul cukup untuk jalan-jalan dan jajan-jajan sewajarnya, maka saya putuskan untuk berangkat ke daerah yang saya pun belum pernah tahu keadaannya dengan itinerary yang saya buat sebelumnya. Namun itinerary yang saya buat itu terkadang berbeda prakteknya ketika sudah berada di lapangan, seperti waktu ke Semarang saya sudah membuat itinerary untuk menginap di Wisma Kesehatan karena letaknya berada di pusat perkotaan dekat Simpang Lima, namun ketika saya sudah sampai kesana ternyata Wisma Kesehatan tersebut sudah raib, karena waktu saya kesana hanya bertemu dengan runtuhan bangunan yang akan dibangun menjadi gedung perkantoran (#korban.mbah.google (u.u)).

Anyway, saya menyebut diri saya adalah flashpacker, kenapa flashpacker? Karena flashpacker itu adalah sebutan bagi orang yang doyan jalan-jalan, tapi budgetnya terbatas, namun menginginkan fasilitas yang nyaman dan tidak terlalu menggembel. Dengan kata lain budget ransel, tapi fasilitas koper, ya biarpun bokek tapi jangan keliatan lusuh-lusuh amat gitu deh hehe. Nah, bagaimanakah caranya? Mari teruskan kembali membaca tulisan saya.

Saya merupakan anak kampung asli (#cihuyy), jadi norak dan udiknya kalau kata temen-temen mah naudzubillah sekali. Ke negara jiran saja saya belum pernah, gimana mau kesana, lah wong tiket saja mahal, belum akomodasi dan tektek bengek lainnya, pikir saya zaman dulu. Ah bodo amat pikir saya, minimal saya harus menginjakkan kaki di negara tetangga dulu, baru melipir ke negara lainnya. Maka di akhir tahun 2010 dulu saya menuliskan apa yang harus saya lakukan di tahun 2011, saya tulis berderet-deret dan besar-besar di paperboard di kamar saya, berikut hal-hal yang saya ingat dan harus saya lakukan di tahun 2011:
1.      Bikin paspor (karena kalau ke luar negeri harus punya paspor hijau dulu)
2.      Dapet beasiswa meneruskan kuliah ke luar negeri (dengan modus biar bisa jalan-jalan gratis di luar negeri, seperti pepatah bilang sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui)
3.      Terus apa lagi yah, lupa soalnya banyak banget dan yang keinget cuma yang itu.

Maka dengan semangat ’45 di awal tahun 2011, berangkatlah saya ke kantor imigrasi untuk membuat paspor dengan tanpa perantaraan calo, dan memang tidak ada calo yang mendekati saya di kantor imigrasi tersebut, karena sudah ketahuan dari tampangnya bahwa uang yang saya punya hanya cukup untuk bikin paspor dengan harga asli kantor imigrasi bukan harga calo yang biasanya mematok harga berkali-kali lipat. Maka pantas lah kalau paspor saya jadinya lamaaaaaaaaa sekali hampir tiga minggu karena diselak sana-diselak sini oleh mereka-mereka yang nitip sama calo (#nasib-nasib). Oh ya, ketika diwawancara oleh petugas imigrasi kenapa saya membuat paspor, dengan mantapnya saya bilang ‘‘untuk persyaratan melanjutkan kuliah ke luar negeri, pak’’ (#wadul banget saya, padahal mah masukin aplikasi nya juga belum dan ga tahu kemana, yang penting di approve dulu paspornya).

Setelah saya dapet paspor saya sempat bingung mau kemana. Maka beberapa bulan saya diamkan dulu paspor itu dan saya hanya cari-cari info di internet dan buku traveling. Sampai akhirnya saya menemukan buku karangan Claudia Kaunang yang isinya tentang jalan-jalan ke negara Singapura dengan hanya 500 ribu dan buku tentang jalan-jalan ke Singapura, Malaysia dan Thailand hanya dengan 2 juta. Ih bohong banget sih, kata saya waktu itu karena saya pikir gak mungkin lah murah banget segitu. Dan pada akhirnya ketika saya beres membaca, saya menjadi terpengaruh untuk jalan-jalan seperti mbak CK ini, gue banget lah pokoknya cheaper tapi comfort hihihihi. Nah loh tapi kalau pergi sendirian saya ga berani juga, tapi kalau barengan sama temen malah suka ga match waktunya, jadi mau gak mau saya putuskan untuk pergi sendirian, diulangi sendirian. Maka belilah saya tiket jauh-jauh hari sebelumnya agar agak murah, dengan tujuan Bandung-Singapura-Malaysia-Bandung. Saya memilih kedua negara tersebut karena saya masih newbie dalam hal perjalanan ke luar negeri jadi harus ada pemanasan dulu dengan pergi ke negara tetangga terlebih dahulu. Selain itu budget yang saya punya memang hanya cukup untuk pergi ke sana, kalau budget yang saya punya banyak mah mungkin saya berani pergi ke negara yang lebih jauh. Dan selain itu di Singapura sedang ada paket jalan-jalan hemat, sekitar 100 dollar Singapura. Jadi saya ikut deh, dengan meeting point di Bandara Changi. Jadi saya dari Bandung sendirian, kemudian kumpul bersama teman-teman lain yang tidak saya kenal sebelumnya, kemudian dari Bandara Changi kita ngetrip bareng menyusuri negara yang dijuluki Negara Kota itu.

Harus saya akui bahwa di Singapura segala sesuatu memang serba rapi, teratur, dan terkomputerisasi. Kalau kita baru pertama kali ke Singapura, saya berasumsi kita tidak akan kesasar bila ingin pergi kesana-kemari karena informasi mengenai tempat-tempat yang dituju begitu jelas dan mudah diperoleh. Mulai dari brosur gratis yang lengkap yang bisa kita peroleh di bandara, papan informasi yang jelas berikut alur panahnya, selain itu bila naik MRT kita bisa memastikan kapan datang dan perginya kereta sehingga tidak wasting time.

Dari Changi bersama teman-teman yang baru saya kenal, kita mengunjungi Restoran Makanan Laut Chai Chee karena laparnya minta ampun waktu itu. Kabarnya, restoran ini adalah salah satu restoran seafood terkenal di Singapura, orang Singapura bilang die die must try (wajib dicoba). Beres makan, kita numpang sholat di lantai 2 restoran ini. setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke daerah Merlion dan sekitarnya. Spot pertama yang dikunjungi bertemakan CULTURE and LANDMARKS, yaitu ke daerah CBD (Central Business District), MRT City Hall dan Raffles Place. Nah, disana ada tempat-tempat yang harus dikunjungi, apalagi kalau bukan Merlion Statue, Fullerton Hotel, Esplanade Theatre On The Bay (bangunan yang kayak buah durian), Raffless Statue (Raffles Landing Site), Parliament House, The Art House, Victoria Theatre & Concert Hall, Asian Civilization Museum, ke sekitarannya Marina Bay Sands, Marina Barrage (bendungannya orang Singapura), Art Science Museum, ke Universal Studio Singapore (numpang moto di depan globe nya doang, abisan kalo masuk lumayan mahal), mampir ke Sentosa sedikit, terus ke daerah Chinatown, liat-liat temples, ke Sri Marriamaman Temple, lanjut ke Pagoda Street (disana terdapat night market versi ChinaTown, murah-murah barangnya harus nawar tapi), lanjut  terus ke Clarke Quay (katanya sih happening banget ni tempat, tapi biasa aja kata saya mah hihihi, abisan cuma ada resto-resto dan bar-bar, yang memang dibangun di sepanjang Sungai yang bersih tentunya), lalu ke Kampong Glam dan Little India yang cuma numpang lewat aja abisan malam minggu mah suka desek-desekan. Habis itu ke hostel di daerah Bugis. Haaa dan saya ga inget semua tempat yang dikunjungi. Duh pegel juga deh walking tour hari ini. Dan gak jauh dari situ ada Mesjid yang gede, Mesjid Sultan namanya, tadinya saya mau shalat disitu, tapi karena kelelahan akhirnya sholat di hostel aja. Dan kabarnya suara adzan di Singapura hanya terdengar bila kita berada dalam mesjidnya, tidak terdengar ke luar. Beda banget yah kalo di De-A mah dari tahrim sampe adzan di geber terus pake pengeras suara (#sesuatu).

Malam harinya setelah makan malam di sekitar Bugis, saya bersiap untuk tidur. Anyway mengenai makanan di Singapura, banyak makanan halal, kalau masih ragu tanya aja sama pedagangnya, atau liat kalau ada tulisan NO PORK NO LARD itu maksudnya adalah halal. Dan ketika mau tidur saya baru inget belum ngabarin orang rumah, pas ngecek sms, ternyata ibu saya udah beberapa kali nelpon dan ngesms, salah satu isinya bilang gini “de, meni ga dibales ibu ngesms teh” hihihi adeuhhh ibu saya khawatir anaknya nyasar-nyasar. Namun karena saya gak punya pulsa (gubrakk kere bangett deh gw), akhirnya saya ngabarin dengan chatingan (alhamdulillah ada wifi di hostel).

Esoknya jam 9, kita jalan kaki ke MRT bugis, mau ke daerah Orchard. Yapp benar sekali tema kali ini adalah dari mall ke mall, jangan pernah ngaku ke Singapura kalau ga mampir ke Orchard Road ini. Walaupun gak suka belanja, at least window shopping aja kayak saya hanya liatin orang-orang belanja aja (#sabar). Bukan karena saya gak doyan belanja, tapi karena tekad saya jalan-jalan adalah untuk melihat dunia, dan saya gak mau nafsu belanja saya menodai perjalanan ini (#hiaaaa sok banget deh gw, bilang aja kere :D).

Sepanjang Orchard Road ini, saya melewati Istana Negara-nya Singapura, terus disebrang jalannya ada Istana Park nya (jadi, Istana sama Park nya kepisah oleh jalan raya), Concorde Shopping Mall, Orchard Central, 313Somerset, Orchard Shopping Centre, Orchard Building, Mandarin Gallery, The Heeren, Ngee Ann City/Takashimaya, Embassy nya New Zealand dan Polandia, The Paragon, Lucky Plaza, Wisma Atria, ION Orchard, H&M, Tangs Depstore, dan lupa lagi apaa yaaa haha abisan sepanjang jalan itu isinya mall semua atau hotel. Oh ya, sepanjang Orchard Road ini rata-rata mall nya nyambung-nyambung gitu dari satu mall ke mall lain, makanya daerah Orchard ini suka dibilang Orchard Road Shopping Belt, ya itu karena saling terhubung dari satu mall ke mall yang lain sehingga ga kepanasan ataupun kehujanan. Dan kerennya, negara tetangga ini walapun jarang ditemui tempat sampah di jalan sekitar Orchard tapi jalan ini bersih sekali, cuma daun aja yang berserakan karena jatuh. Oh ya, saya ingetin jangan buang sampah dimana aja yaaa, CCTV mereka dimana-mana, kan gak lucu juga kena denda hanya karena buang sampah sembarangan. Namun ada hal-hal miris juga yang saya temui di Singapura walaupun dia termasuk negara maju, soalnya sebagian nenek-nenek masih ada yang bekerja keras seperti menjadi cleaning service di mall-mall, di Bandara Changi, dan ada juga yang menjadi tuna wisma yang saya temui ketika saya hendak naik MRT ke Changi (#kemana ya anak mereka?). Dari Orchard Road kita kembali lagi ke Bugis untuk beli oleh-oleh murah meriah di Bugis Area. Malamnya, teman sekamar saya pergi lagi mau naik Singapore Flyer, saya sih ga ikut, selain udah malam juga untuk saving money karena saya besok akan ke KL.

Esoknya ketika hendak ke KL saya asli deg-deg-an karena saya benar-benar berangkat sendiri dan hanya mengandalkan buku panduan. Untunglah saya ga nyasar naik MRT sampai ke Bandara Changi dan langsung mencari pesawat ke KL. Ketika sampai di Bandara KL yaitu di Bandara LCCT, saya lalu mencari-cari bis yang hendak membawa saya ke KL Central dengan lama perjalanan sekitar satu jam. Dari KL Central saya membeli kartu perdana Malaysia dulu, karena saya asli gak punya pulsa banget buat nelpon sahabat saya di De-A yang waktu itu sedang kuliah di IIUM, nama panggilannya Abi (noh bi, sama gw ditulis namanya biar eksis hihihi). Untunglah si Abi bisa ngejemput saya di KLC karena saya ngasih tahunya pun dadakan mau ke KL. Dan untuk seharian itu Abi resmi jadi tour guide dadakan.

Dari KLC, Abi ngajakin keliling KL pake LRT terus komuter, yang masih saya inget waktu itu diajakin ke Central Market, Twin Tower, terus ke jalan Bukit Bintang deh nyari-nyari hostel ampe puyeng selangit. Setelah saya dapet room, Abi pulang deh ke asramanya di IIUM, dan secara resmi saya cengo karena ga ada temen lagi. Di hostel ini saya memilih tipe kamar yang dormitory biar lebih murah sewanya, jadi sekamar bisa untuk berenam, ranjang kasurnya mirip kayak di De-A pake ranjang tingkat. Tapi karena hari itu bukanlah peek season, jadi sedikit sekali orang yang melancong ke KL. Di hostel aja cuma ada 5 bule, 3 Indonesia, dan 1 Penang. Dan kamar saya yang seharusnya untuk berenam itu hanya diisi oleh saya saja, syukur deh, tapi keueung. Akhirnya saya kenalan sama 3 orang dari Indonesia itu, ternyata mereka adalah para mbak-mbak pelancong sejati, keren abis lah mereka. Nah karena saya sendirian, maka saya meminta izin supaya bisa ngintilin mereka kemanapun mereka pergi, dan APPROVED. Syukur deh ada temen jalan lagi. Nah malamnya saya ngintilin mbak-mbak tadi ke Twin Tower lagi, buat ngambil gambar di malam hari. Setelah puas keliling-keliling kita makan nasi lemak dan teh tarik, kemudian balik deh ke hostel dan tiduuuurrrr.

Esoknya mbak Lina, mbak Evi dan mbak Vivi harus pulang ke Indonesia, tapi sebelumnya mereka mau jalan-jalan dulu ke Batu Caves yang ada patung Dewa Murugan. Dan saya masih setia ngintilin mereka. Oh iya,  Batu Caves adalah bukit kapur yang memiliki gua-gua dan kuil-kuil umat Hindu. Letaknya di daerah Gombak, Kuala Lumpur. Daerah Batu Caves ini merupakan titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia. Disana kita liat-liat patung-patung Dewa umat Hindu yang besar-besar, terus kita liat-liat kuil nya, liat upacara mereka, ngasih makan burung yang banyak banget, terus naik sekitar 274 an anak tangga (kalo ga salah), widiihhhh pegel lah pokoknya hehehe.

Pulangnya dari Batu Caves tersebut kita makan dulu, terus mbak-mbak tadi balik lagi ke hostel dan langsung berangkat ke LCCT, dan resmi saya ditinggal sendirian lagi. Untunglah pas saya pulang ke hostel di ruang tv ada Steve, seorang Malaysia asal Penang yang lagi menginap di KL. Akhirnya kita kenalan dan Steve terkejut ketika tahu saya sedang traveling sendirian. Beres maghrib, Steve ngajakin saya jalan-jalan sebentar ke luar, widiihhh rame banget deh di luar secara daerah hostel tempat saya menginap ini seperti jantungnya KL. Eh si Steve malah ngajakin minum bir, ampun deh nih anak kagak liat apa yak aye pake kerudung, ckckckck, kemudian sambil ketawa saya bilang aja wah saya kan Muslim, trus si Steve jawab, oh kirain kamu kayak teman saya di rumah (baca:temannya ada yang Islam KTP). Terus saya jawab aja kalau saya Islam beneran hehe. Si Steve pun paham dan langsung pesan es jeruk di tempat makan di pinggir jalan. Setelah itu kita jalan lagi keliling Bukit Bentang ngeliatin manusia patung perak yang gak gerak-gerak, dengan jail nya si Steve ngambil topi manusia perak yang jadi patung itu. Hmmm. Lelah dari tadi jalan-jalan, akhirnya kita balik lagi ke hostel. Sebelum pergi ke dormitory room masing-masing, si Steve bilang kalo besok kita jalan-jalan lagi keliling-keliling, waduh tapi besok pagi saya ga bisa karena harus udah chek out dari hostel karena mau ke kampusnya si Abi di IIUM terus langsung pulang ke Bandung deh. Malam itu di dormitory room saya masih sendirian, karena belum ada yang check in lagi. Maka saya kunci rapat-rapat kamarnya.

Esoknya si Abi ngasih tahu kalau mau ke IIUM harus dari pagi karena saya harus udah kembali lagi ke Bandung sorenya. Sesuai dengan instruksi dari Abi, saya memakai kereta dulu sampai ke KLC, terus ganti kereta lagi ke arah Gombong. Nah, dari sana saya di jemput deh pake motor ke arah IIUM, jauhnyaaaaa. Sampai di IIUM saya nganterin Abi dulu buat bayar kuliah, terus makan dulu ke kantin di IIUM, foto-foto dikit depan kampus IIUM, dan terakhir pulang deh. Harusnya disini saya ketemu juga sama Igum alias Ihsan Gumilar temen di De-A juga, namun Igum udah keburu sekolah lagi ke Kanada, jadinya yang ketemu dengan anak De-A ya Cuma sama Abi aja. Hmm segitu deh cerita flashpackingan saya waktu ke negara tetangga.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...