Minggu, 27 Mei 2012

Gula Diabetes Vs. Garam Bubuk

Sudah tidak diragukan lagi, saya adalah koki terbaik di keluarga saya setelah ibu saya tentunya. Itu adalah pengakuan dari kakak-kakak saya juga bapak, yang tentu saja mereka menyatakan hal tersebut karena mereka memang mualeess sekali untuk urusan masak memasak. Maka tentu saja dimana-mana adik selalu dijadikan “korban” untuk membantu ibu di dapur. Oalahhhhhh.

Walaupun saya suka sekali memasak, namun ada satu kebiasaan saya yang sangat-sangat jelek dalam hal masak memasak ini, yaitu saya tidak pernah mencicipi rasa masakan yang sedang saya buat diatas kompor, apakah terlalu asin atau terlalu manis atau memang pas. Jadi, saya hanya mencicipi masakan setelah nanti tersaji diatas piring yang tertata di meja, berbarengan memakannya dengan keluarga saya. Dan sering kali saya memang dapat pujian dari keluarga saya atas menu-menu terbaru yang saya buat #hohogeber2kipas. Namun tak jarang komplain keasinan pun juga mampir pada saya #hmmefekpengennikahhihihihi. Ternyata kebiasaan jelek tersebut bisa menjadi bumerang bagi hobi masak memasak saya, yang tidak hanya merugikan diri sendiri, tapi juga orang lain.

Begini ceritanya, kebetulan ibu saya sedang merenovasi rumah, jadi terkadang kalau saya dan ibu sedang libur atau ada waktu lenggang, saya terkadang membantu ibu menyiapkan makan siang bagi pekerja bangunan tersebut, kalau tidak yaa beli hehe. Nah, sebelumnya saya sih baik-baik saja dan enak-enak saja kalau bikin makan siang termasuk liwet sekalipun, namun suatu peristiwa terjadi di kamis siang kemarin. Hari itu, saya disuruh oleh ibu untuk bikin nasi liwet, saya pun meng-okey-kan-nya. Saya pun dengan lihai mempersiapkan bahan-bahannya. Beras saya cuci bersih terlebih dahulu, kemudian saya siapkan salam, sereh, bawang daun, bawang putih, cabe rawit, lada putih, ketumbar bubuk, minyak, dan garam bubuk. Bahan pun saya campurkan bruk bruk bruk, dan aduk aduk aduk. Nah, disinilah awal mula kesalahan fatal itu terjadi, padahal ketika saya memasak tersebut saya sudah membayangkan akan bakal enaknya hasil nasi liwet saya, hmm yummyyyyyy. Nyatanya, hasil nasi liwet saya pas udah jadi ya ampuuunnnnnnnnnn kok manis sih. Omaigod, sayapun langsung mencek tempat garam bubuk yang tadi saya gunakan, dan icip sedikit, dan tuh bener kan, ternyata yang saya masukan tadi adalah gula diabetesnya ibu. Hmm dan perlu diketahui ya pemirsaaa gula diabetes sama garam bubuk dari tekstur nya ga jauh beda, sebelas duabelas pokoknya mah, bedanya kalo dirasain aja, disamping tempat menyimpan garam bubuk dan gula diabetes tersebut pun ditempatkan di wadah yang sama percis, mirip sangat, tanpa ditempeli apakah ini gula atau garam (dulu sih pernah, tapi ilang deng). Haaa ya ampunn saya jadi kapok, nanti mah kalo masak saya harus cicip mencicip dulu, huhh kejadian deh sekarang akibatnya. Tapi untunglah, rasa gula diabetes itu tidak semenyengat rasa gula biasa, jadi bisa diakali, maka saya pun dengan sigap menaburi nasi manis rasa gula diabetes itu dengan garam bubuk, lalu saya pun mengaduk-aduknya sampai asin hehehehe. Untunglah nasi itu laku juga dimakan walaupun masih ada sisa, hmm mungkin habis karena mereka sedang lapar aja yaa. Nah, inilah pelajaran hari itu, bahwa sepintar apapun kita dalam suatu hal, tidak ada salahnya kita untuk mencek kembali hasil pekerjaan kita. Dan mulai sekarang kalau masak, harus saya cicipi dulu!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...