Rabu, 12 Juni 2013

INI BROMO, KAWAN!!

(Bromo-Taking Picture from Pananjakan 1)
   
Perjalanan kali ini sungguh luar biasa, bagaimana tidak, saya bersama sahabat-sahabat saya semenjak SMP bisa melakukan perjalanan ke Malang Jawa Timur, tepatnya ke Bromo. Total kami yang ikut ke Bromo adalah 10 orang. Tidak ada persiapan yang matang apalagi itenerary yang jelas untuk kita bisa sampai ke Bromo, yang penting tiket PP Bandung-Malang sudah di tangan sejak jauh-jauh hari,  sehingga apapun yang nanti terjadi maka terjadilah. Bagi saya, perjalanan tanpa itinerary yang detail akan terasa sekali nuansa petualangannya, itu lah yang saya harapkan dalam trip Bromo kali ini. 
Perjalanan kami kali ini saya rasa seperti perjalanan dalam film 5 cm (hahahaha lebayy), cuma bedanya kalau di film 5 cm, settingnya adalah Gunung Semeru, sedangkan dalam perjalanan kami adalah Gunung Bromo (Ciyeee situ oke?). Oh ya, kami adalah sekelompok sahabat yang sama-sama mempunyai aktivitas masing-masing yang berbeda-beda, sehingga kami jarang bertemu secara fisik, namun kami masih bisa bertemu secara maya di majlis whatsapp :D

Hari Pertama
Kereta yang kami naiki adalah kereta Malabar jurusan Bandung-Malang, yang berangkat tepat pukul 15.30. Kami yang berangkat dari Bandung totalnya ada 7 orang (awalnya 6 orang), entah kenapa Iyang (nama cadel dari Dian) yang asalnya tidak akan ikut trip Bromo ini menjadi berubah pikiran untuk ikut trip ini, saya jadi curiga jangan-jangan dia menyimpan pesawat UFO di Pasir Berbisik di gunung Bromo sana, karena dia sebenarnya adalah makhluk luar angkasa #eh :). Walhasil tempat duduk Iyang dan kita-kita yang sudah pesan tiket duluan jadi terpisah.

Dari kami ber-7 orang ini, yang sedang tinggal di Bandung ya cuma saya dan Iyang saja. Teman-teman yang lain sengaja datang dari Jakarta, Bogor dan Purwakarta hanya sekedar untuk berangkat sama-sama dari Bandung. Ya ampuunn terharu deh saya sampai mereka bela-belain gitu. Sanna dari Bogor membawa roti unyil berdus-dus, Uwi orang Purwakarta membawa satu tas makanan, mas Uut dari Jakarta membawa banyak makanan yang disiapin ibunya, Elin dan Anne dari Jakarta juga ga mau ketinggalan untuk membawa makanan satu keresek penuh, mantap lah perjalanan kali ini ga akan kelaparan. Mungkin cuma saya aja kali yang ga bawa apa-apa, hahaha maklum anak kos cuma bawa do’a aja. hihihi. Oh iya Iyang juga bawa terigu sekarung sama telur ayam sekeresek (mau bikin roti ceritanya), soalnya dia kan pengusaha sembako yang udah senior (hehe ga deng bercanda, yang pasti dia cuma bawa harga diri aja haha). Oh iya, sahabat saya yang lain -Abi- berangkat ke Malang via Surabaya. Dulu waktu saya booking tiket kereta api, si Abi khawatir ga boleh cuti lebih awal sama bos-nya, jadi agar bisa sampai ke Malang dengan waktu bersamaan, dia pakai pesawat dulu ke Surabaya kemudian lanjut ke Malang memakai bis. Sedang kan Ucup orang Bandung yang terdampar di kota Gudeg, dia berangkat dari Yogyakarta bersama seorang teman kampusnya, Elsa. Jadi total kita adalah 10 orang, termasuk Elsa yang berasal dari Medan temannya Ucup alias Jose.

Total perjalanan kereta api Bandung-Malang adalah sekitar 15 jam perjalanan. Bayangkan kalau kita berangkat cuma sendiri atau berdua, makin berasa lama lah perjalanan dalam kereta itu. Beruntunglah perjalanan kali ini dilakukan bersama sahabat yang asyik-asyik, ga neko-neko, tahu sifat luar dalamnya, dan yang terpenting adalah kebersamaan dan saling menjaga satu sama lain. Di dalam kereta banyak banget yang kita lakukan, mulai dari nyeritain hal-hal yang penting sampai hal-hal yang gak penting, dengerin musik, jailin teman yang tidurnya mangap, ngemil, foto-foto, berisikin orang-orang segerbong, ampun deh maaf pemirsah. Oh ya, dan tidak lupa walaupun di kereta api tidak ada mushalla, kami masih bisa sholat kok sambil duduk, caranya tayamum dulu di kursi kemudian sholat deh di kereta sambil duduk. Gampang kan? :D

Hari kedua
Esok harinya sekitar pukul 08.00 pagi sampailah kita di stasiun kota Malang. Nah sebelum berangkat ke Bromo saya bersama sahabat-sahabat saya itu mau mengunjungi kawan lama kita yang baru saja pindah ke Malang sekitar 1 bulan yang lalu dari kota Bandung tercinta, mereka adalah pasangan Ison dan Acid berikut de’Al anaknya, alhamdulillah mereka bersedia rumahnya untuk kita recokin selama transit di Malang. Terimakasih soooo much kucriittt :). Di rumah Ison-Acit, kita semua numpang mandi, minta anterin ke pusat oleh-oleh, makan, tidur-tiduran sebentar sementara para bujangers pada sholat jum’at. Kalau dipikir-pikir kita yang dateng ke rumah Ison-Acid ngelunjak banget dah ngerepotinnya hahaha duhh udah biasa mereka mah kita recokin, dulu juga pernah waktu buka bersama di rumah Ison-Acid yang di Bandung kita recokin juga, untung mereka mah baik-baik dehh ga laporin kita ke pak RT :).

Siangnya  sekitar jam setengah 2 an kita semua pun siap-siap untuk berangkat ke Bromo. Eitss tunggu dulu, sebelum naik ke Bromo kita jajal dulu baso President yang udah terkenal sealam dunia ini. Sluuurpppp enyakkkk banget deh baksonya, ada bakso yang dibakar juga tapi saya ga pesen soalnya takut lama nunggunya secara ya ngantri banget. Oh ya yang membuat unik kalau menurut saya adalah letak bakso President itu sendiri yang berada persis di pinggir rel kereta api. Uwooowww kebayang doong kalau lagi di bakso President terus ada kereta api lewat, pasti kita makannya goyang-goyang, hehe, dan perlu dijaga buat para orang tua yang bawa anak kecil, soalnya ga ada penghalang rel kereta api, jadi bebas banget orang kalau mau bolak-balik rel kereta api.

Beres makan bakso, akhirnya kita pun pamitan sama Ison-Acit dan de’Al. Kita kemudian berangkat ke Bromo lewat Ngadas, bukan lewat Probolinggo yang biasanya kebanyakan wisatawan lewat kesana. Oh ya, kita ke Ngadas memakai angkot karena ini adalah sarannya Pak Mul yang menyuruh kita memakai angkot ke rumahnya yang ada di Ngadas sana. Pak Mul adalah bapak yang menawarkan jasa hardtop dan homestay. Dan pergi ke Ngadas memakai angkot adalah pilihan yang amat sangat buruk. Kenapa buruk? Karena jalan ke Ngadas itu berkelok-kelok, naik, terjal ahhh pokoknya ga cocok kalau pakai angkot, cocoknya ya pakai hardtop atau truk sekalian. Tapi senengnya adalah di kanan-kiri banyak pemandangan bagus nan indah. Ampun deh saya sebagai bendahara traveling merasa terbodohi dan terbohongi, bukan dalam masalah uangnya, tapi dibohonginya itu loh bayar banyak tapi gak sampai tempat, jadi aja bayar double. Mungkin mereka tidak bermaksud begitu sih, hanya situasi waktu itu aja kali yang emang ga pas, hehehe mencoba husnudzon. Jadi begini, dari kota Malang ke Ngadas itu seharusnya kalau mau memakai angkot ya sampai  daerah Tumpang saja, kemudian lanjut memakai truk atau hardtop ke Ngadas dan nginap sebentar, kemudian nanti jam 2 dini hari baru naik ke Bromo memakai hardtop lagi. Atau bisa juga sewa angkot sampai ke Tumpang dan nginap disini, kemudian sekitar jam 1 baru naik ke Bromo memakai hardtop. Nah, kemarin itu kita malah sewa angkot sampai ke Ngadas sekitar 250ribu, tapi eh di daerah Coban Trisula si angkot malah mogok, dan itu udah hampir magribh. Hampuunn. Dan akhirnya kita minta dijemput sama pak Mul yang waktu itu sedang ngangkut penumpang juga, mana sinyal nya susah lagi waktu nelpon pak Mul, untung bisa kirim sms juga dan delivered :). Tolong kita ga mau nginep di hutan dengan angkot yang mogok hihi. Akhirnya menjelang magrib kita dijemput pakai hardtop nya pak Mul, tapi sebelum itu kita bayar angkot dulu, masa iya walaupun kita ga nyampe Ngadas pak Sapri (supir angkot) minta ongkos nya keukeuh ongkos ke Ngadas yaitu 250ribu. Padahal perjalanan ke Ngadas masih lumayan jauh lagi kalau ga salah, ckck ongkosnya ga diturunin sedikitpun. Huuhh. Akhirnya, kita semua pun masuklah ke hardtop itu, hahaha umpel-umpelan. Bayangkan hardtop sekecil itu diisi oleh kita bersepuluh plus satu supir dan satu lagi anaknya supir jadi 12 orang di hardtop yang kecil itu. Jadi gini posisinya saya dan uwi yang memiliki body gede di depan barengan pak Mul yang menjadi supir, terus sahabat-sahabat saya yang 8 orang itu umpel-umpel-an di jok belakang yang harusnya muat untuk 4 orang wakakakakak sumpeh pengen ketawa kalau inget kejadian itu. Mana jalannya berliku, kanan-kiri jurang pula, dengan pemandangan yang indah. Oh ya, kalau anaknya pak Mul, dia duduknya di luar mobil, asli ini mah, dia ngegantung di pintu belakang mobil itu, padahal dia masih anak SMP loh, waaw uji nyali banget deh. Setelah kita sampai di rumah pak Mul yang sederhana tersebut, kita akhirnya bisa istirahat sebentar, makan mie rebus, sholat ke mesjid di bawah desa Ngadas, cuci muka, dan kemudian tidur di sofa.


(Adventuring with this hardtop, taken this picture from Pasir Berbisik)

Hari ketiga
Pukul 1 dinihari, bu Mul udah bangunin kita agar kita segera bersiap-siap ke Bromo dengan rute Pananjakan 1, Kawah Bromo, Pasir Berbisik, Dan Bukit Teletubbies. Kita pun cepat-cepat cuci muka,  airnya dingiiiiiinnnnnnnnnn banget, udaranya juga dingin banget berasa di kutub, sampai-sampai gigi saya yang sedang bolong ini bergemeretak dan ngilu saking dinginnya udara sekitar.

Waktu ke kamar mandi saya sih cuma wudhu saja sambil cuci muka, boro-boro kepikiran pengen mandi jam 1 dinihari, entah ya si Abi yang rajin banget kalo urusan bersih-bersih itu, doski mandi apa enggak, kayaknya sih enggak hahaha. Jam 2 dinihari pun kita semua keluar rumah, walaupun saya udah pake 2 swater tetep aja dinginnya kerasa banget.  Di luar rumah sudah ada 2 hardtop yang menunggu kita. Hardtop 1 dengan anggota saya, Uwi, Anne, Iyang, Dan Mas Uut. Hardtop 2 dengan anggota Elin, Echa, Abi, Sanna, Dan Ucup.

Sepanjang perjalanan dari Ngadas ke Pananjakan yang terlihat hanya langit cerah dan lampu hardtop dari mobil lain. Lama perjalanan dari Ngadas ke Pananjakan 1 adalah sekitar 1 jam. Kata pak Mul, kalau cuaca mendung paling bisa hanya ke Pananjakan 2 saja, untung saja hari itu cerah sehingga kita bisa ke Pananjakan 1 lihat matahari terbit. Pokoknya keren banget selama diperjalanan, sampai-sampai saya ga mengira kalau di kanan kiri ada jurang. Hihihi kereeennnn banget lah pokoknya, susah diungkapkan dengan kata-kata nih. Kita melewati savana-savana, bukit-bukit, hiiiiii harus ke Bromo lah pokoknya kalau pengen tahu exicitednya kayak apa hehe. Di perjalanan kita juga melihat orang-orang ada yang naik ke Pananjakan memakai mobil-mobil biasa (bukan untuk adventure ke gunung), ada juga yang pakai motor bebek, untung aja ga ada yang pakai motor matic. Wah saya sih kasihan liat mereka, karena mobil dan motor yang biasa ada di jalan raya ga cocok kalau untuk dipakai ke gunung, bisa-bisa mesin nya rusak, trus kalo slip di jalan gimana, bukannya mau liburan malah nelangsa yang ada. Think smarter okey :) Oh ya, tiket masuk ke Bromo bulan Maret kemarin belum semahal seperti sekarang ini. Saya pikir sih ga usah di mahalin tiket masuk Bromo nya, bisa-bisa para wisatawan enggan datang lagi ke Bromo, terus gimana coba kalo perusahaan travel ke Bromo ga laku lagi, terus gimana nanti nasib para pemilik homestay di Bromo, pemilik sewa jeep/hardtop yang kesehariannya adalah petani, dan mempunyai penghasilan tambahan dari hasil menyewakan hardtop itu. Gimana coba wahai pemerintah daerah? Tolong pikirkan kembali yaa.

Sampai di Pananjakan 1 pak Mul pun memarkirkan hardtop nya, kemudian menyuruh kita turun dan menyuruh kita berjalan ke atas sedikit lagi untuk melihat matahari terbit dari pananjakan 1. Kita semua pun turunlah dan berjalan beriringan naik kesana. Wahhh hari itu yang parkir hardtop banyaakkk banget, wisatawan pun banyak berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Oh ya, sebelum ke pananjakan 1, saya pun beli lah dahulu kupluk yang ada tulisan Bromo nya sebagai kenang-kenangan. Sanna membeli syal Bromo, si Abi kupluk Bromo, trus yang lain saya gak ingat apa ga beli ya mereka hehe. Akhirnya sampai lah kita beberapa menit kemudian di Pananjakan 1, wiihh udah banyak banget orang disana pokoknya kayak yang mau nonton konser aja deh, trus ternyata ada yang sekalian kemping juga rupanya.

Nah, karena matahari belum terlalu terlihat tapi sudah masuk waktu shubuh, akhirnya kita sholat shubuh dulu deh di trotoar pake alas sih, soalnya ga tau sebelah mana musholla nya ntar kita-kita takut nyasar lagi. Beres sholat shubuh kita pun segera mencari tempat PW untuk hunting foto matahari terbit. Yess dan akhirnya saya dapat posisi kurang wuenakk untuk dapetin foto nya, yaitu diantara kaki-kaki orang yang sedang berdiri, tapi better sih dari pada ga ada tempat buat foto sunrise hehe. Akhirnya matahari pun terbit, dan prat pret prat pret kita pun foto-foto. Beres foto matahari terbit, kita pun foto dengan latar belakang Bromo, yang biasanya saya suka lihat gambar Bromo itu di internet-internet. Tapi sekarang saya bisa foto pemandangan Bromo itu dengan jepretan sendiri. 


(Sunrise from Pananjakan 1, Bromo)

Beres dari Pananjakan 1 kita pun segera turun ke parkiran, namun sebelum itu saya beli (eh minta deng) sate kentang dulu, laparrr soalnya. Dari Pananjakan 1 kita semua langsung berangkat lagi ke kawah Bromo. Wih perjuangan untuk mencapai kawah Bromo ini capenya ampun-ampunan deh, tapi itu lah tantangannya. Kita semua ga lewat tangga, kita hanya lewat pinggir tangga aja, karena kalo lewat tangga ngantriii banget, kapan kita sampenya coba. Pokoknya itu orang-orang yang ada di sekitar kawah Bromo kalau kata saya sih udah overpopulasi, udah umpel-umpelan, udah kebanyakan banget orang, sedangkan daya tampung di kawah Bromo itu kecil banget. Ga kebayang deh kalo ada yang jatuh, hii jangan sampai ada korban deh. Nah terusnya setelah nyampe puncak dari tangga tersebut ehh ternyata kawah nya ga sebagus Kawah Putih ataupun kawah Tangkuban Parahu yang ada di Bandung. Kawahnya biasa aja, tapi pemandangan disekelilingnya yang bikin luar biasa banget. 



Kawah Bromo

Gunung-gunung yang tampak jelas menjulang tinggi, kerumunan orang-orang di bawah yang seperti semut, hardtop-hardtop yang di parkir tampak seperti mobil-mobil an, dan lain-lain. Indaahh pokoknya. Oh iya, untuk sampai puncak kawah Bromo itu kalau ga kuat kita bisa menyewa kuda kok, tapi saya ga tahu harganya berapa soalnya fluktiatif hehe. 

(Perjalanan Menuju Pasir Berbisik)
(Perjalanan Menuju Pasir Berbisik)


Beres dari kawah Bromo, kita pun ke pasir berbisik. Disebut pasir berbisik karena dulu ada film Pasir Berbisik yang shootingnya disini, jadi aja keterusan sampai sekarang. Wihhh keren bangetttt Pasir Berbisiknya. Keren keren keren, yang baca blog ini harus kesana pokoknya. Haha.


Pasir Berbisik

Dari pasir berbisik kita langsung meneruskan perjalanan ke Bukit Teletubbies yang ga kalah kerennya hihihi. Bedanya Bukit Teletubbies dengan Pasir Berbisik adalah kalau bukit teletubbies sepanjang mata memandang adalah hamparan rumput dan gunung-gunung, kalau Pasir Berbisik ya pasir pasir semua, tapi kerennnnn. Petualangan di Bromo pun berakhir sampai Bukit Teletubbies, dan akhirnya kita semua kembali ke Ngadas dengan wajah letih tapi puas banget dan kagum akan ciptaanNya. 


(Bukit Teletubbies)

Akhirnya kita pun kembali ke Ngadas, dan saking letihnya saya sampe ketiduran di hardtop selama perjalanan pulang hihi. Sampai rumah pak Mul, kita pun disuguhi makan, ada sayur, tempe, ayam, sambel, dll. Nikmat banget lah pokoknya. Beres makan, kita pun langsung beres-beres hendak pulang ke Bandung mengejar kereta jam setengah empat sore. Nah, pulang menuju kota Malang harus lewat Tumpang dulu. Untuk sampai ke Tumpang harus memakai truk atau hardtop, karena tidak ada hardtop pak Mul (sedang dipakai lagi) maka akhirnya kita sewa truk lagi, seharga 150 ribu, nah dari Tumpang kita pakai angkot pak Sapri lagi (duuh kesel dehh kalo inget kejadian kemarin hihi).

Akhirnya turunlah kita ke Tumpang memakai truk. Bayangkan kita bersepuluh naik truk bekas mengangkut binatang ternak dan sayuran, untung belum mandi jadi ga rugi deh bau lagi juga hihihi. Sepanjang perjalanan dari Ngadas ke Tumpang itu bener-bener seru banget pakai truk itu, ketawa-ketawa, nyanyi-nyanyi, gokil-gokilan, lihat pemandangan yang subhanalloh bagus banget, sampai beberapa menit kemudian gerimis dan lama-lama gerimis itu membesar. Kita ga mau kehujanan dong, akhirnya kita tarik terpal yang ada di bagian depan truk, tapi susah ngembanginnya, dan supir truk masih aja mengendarai truk nya tanpa memedulikan kita yang bentar lagi kehujanan, sampai suatu detik kemudian, teman saya –Elin-- yang lincah dan mempunyai  suara yang unik (baca: melengking) teriak “paaakkkkkk berhentiii, hujaann”. Dan tiba-tiba pak supir langsung mengerem mendadak yang membuat kita semua yang ada di truk hampir terjengkang hahahaha, teriakannya si Elin mantap, sampai membuat kita semua yang ada di truk kaget gitu denger teriakannya terus ketawa terbahak-bahak kalau itu teriakannya Elin saking melengkingnya karena bisa sampai si sopir berhenti mendadak wahahaha.

Akhirnya sampailah kita di Tumpang dan kemudian berganti kendaraan dengan angkot menuju ke Kota Malang untuk transit lagi ke rumah Ison-Acid, mau numpang mandi dan istirahat. Lalu sekitar pukul setengah 3 sore, kita segera pamit ke Ison-Acid dan de’Al untuk pulang kembali ke Bandung memakai kereta. Terimakasih ya Ison-Acid, jasa-jasamu tiada terkira. Sekian deh jalan-jalan bersama sahabat-sahabat saya yang udah lama banget ga ketemu, rasanya seru, asik, happy, menegangkan, dan pengen jalan-jalan bareng lagi. Sebagai bendahara trip Bromo ini, saya memungut uang kepada setiap peserta trip sekitar 200ribu rupiah. Uang segitu sudah lebih dari cukup untuk mengcover akomodasi selama di Bromo. Mulai dari sewa angkot, sewa hardtop/jeep, uang makan, sewa homestay, sewa truk, tiket masuk ke Bromo. Saran saya sih supaya ongkos lebih hemat ya mending berangkatnya banyakan alias grup. Salam travelista

Info tambahan ya, bagi kamu-kamu yang ingin menginap di hotel (bukan homestay) yang berada di sekitar Malang atau Bromo, kamu bisa booking dulu hotel pihan kamu di website Rajakamar. Kenapa raja kamar? Ya karena  harga hotelnya murah-murah dengan istilah lain Rajakamar ini memiliki harga lokal tapi dengan kualitas internasional. Malah pernah ada promo hotel sampai 88rb. Wiih ga salah tuh ada hotel dengan harga hostel, kemarin aja promo hotel 88rb ini udah sampai kedua kalinya diselenggarakan. Waww enak banget kan liburan jadi serasa gratis dengan promo hotel 88rb, malah pernah Rajakamar juga ngasih paket menginap gratis lohh :) okesip selamat jalan-jalan dengan budget terbatas tapi fasilitas yang “wah” ya :).


Another picture at Bromo Mountain:
















Link : http://content.rajakamar.com/dapatkan-voucher-menginap-gratis-di-rajakamar-office-attack/?utm_source=website&utm_medium=blog+competition&utm_campaign=blog+competition+rajakamar



 

Link : http://content.rajakamar.com/segera-promo-88rbu-season-2-di-newsletter-rajakamar/?utm_source=website&utm_medium=blog+competition&utm_campaign=blog+competition+rajakamar  

Rabu, 05 Juni 2013

Sulit di Tebak

Cinta memang sulit di tebak.
Bertahun-tahun aku mengenalmu, mendengarkan cerita cintamu, saling ledek, bersenda-gurau, dan yang lainnya. Tak terpikir sedikitpun aku akan menyukaimu.
Sampai akhirnya aku dipertemukan kembali denganmu, dan entah kenapa dari hari ke hari yang terlintas dalam pikiranku adalah kamu.
Setelah proses "perkenalan" yang begitu singkat, aku terkejut ketika kamu memberanikan diri untuk datang kepada orang tuaku. It's cool :)
Aku tahu aku bukanlah cinta pertamamu, namun aku ingin menjadi cinta yang abadi bagimu.
Aku tahu cinta kita bukanlah cinta pada pandangan pertama, namun cinta kita adalah cinta yang akan terus terakumulasi dari hari ke hari.
Aku hanyalah wanita biasa yang beruntung mencintai dan dicintai-mu.
Saat ini aku sungguh menyayangimu dan selamanya aku ingin selalu menyayangimu.
Semoga Alloh senantiasa meridhoi dan melancarkan rencana kita. Aamiin.


Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...