Dulu waktu di De-A (tempat sekolah
saya dulu di Garut) hobi saya adalah jalan-jalan dan jajan-jajan. Banyak
perjalanan yang saya lakukan waktu di De-A, seperti menjelajah Sungai
Cipeujeuh, jalan-jalan ke irigasi, mendaki bukit ke daerah ngamplang,
jalan-jalan keliling De-A dari asrama putri, laboratorium, aula, lapang basket,
sampai asrama putra kalau lagi libur bulanan, main ke koperasi, mengantar teman
meeting di Mesjid Agung Garut (#dan saya cukup ngegel curuk ngeliatin mereka yang
lagi meeting), lari pagi dan nonton yang sedang latihan basket di kerkof, jalan-jalan
ke rumah temen untuk perbaikan gizi sambil nonton film india, bolak balik
Garut-Bandung-Subang tiap caturwulan, ngabring naik angkot untuk dicarter
sampai ke Situ Bagendit dan botram disana, jalan kaki dari alun-alun ke
Pengkolan (Asia) kemudian balik lagi ke arah Yogya dan nyangkut di bakso Mulang
Sari diteruskan makan pempek dekat Bank BNI lanjut ke Sipeeut dan berakhir beli
cemilan di Pasar Ceplak (#eungap pisan pemirsaaah!!). Dan masih banyak lagi perjalanan
di De-A yang tidak saya tulis karena saya sudah lupa pernah kemana saja saking
banyaknya (hahahaha #kibas.pake.kerudung). Nah, mungkin berawal dari De-A lah
hobi jalan-jalan dan jajan-jajan saya mulai tumbuh berkembang, karena ketika
saya SD, naik angkot saja pun saya belum berani sebab takut diculik (#hmm
dipikir-pikir mana ada penculik yang mau nyulik budak RWO6, yang ada juga
mereka gak balik modal :D).
Hobi jalan-jalan dan jajan-jajan ini
terbawa sampai saya kuliah. Namun, seperti diketahui bahwa saku anak kost itu
tidak setebal saku-saku nya para koruptor muda macam Nazarudin (#eh). Maka untuk
mensiasatinya saya selalu menyisihkan uang yang saya peroleh, baik itu dari
jatah uang bulanan, uang dagang donat dan risols, uang proyekan jadi asisten
peneliti, uang ngeles anak orang, dan uang nungguin lilin (#eh yang ini
enggak). Nah, baru setelah uang yang terkumpul cukup untuk jalan-jalan dan
jajan-jajan sewajarnya, maka saya putuskan untuk berangkat ke daerah yang saya
pun belum pernah tahu keadaannya dengan itinerary yang saya buat sebelumnya. Namun
itinerary yang saya buat itu terkadang berbeda prakteknya ketika sudah berada
di lapangan, seperti waktu ke Semarang saya sudah membuat itinerary untuk
menginap di Wisma Kesehatan karena letaknya berada di pusat perkotaan dekat
Simpang Lima, namun ketika saya sudah sampai kesana ternyata Wisma Kesehatan
tersebut sudah raib, karena waktu saya kesana hanya bertemu dengan runtuhan
bangunan yang akan dibangun menjadi gedung perkantoran (#korban.mbah.google
(u.u)).
Anyway, saya menyebut diri saya adalah
flashpacker, kenapa flashpacker? Karena flashpacker itu adalah sebutan bagi
orang yang doyan jalan-jalan, tapi budgetnya terbatas, namun menginginkan
fasilitas yang nyaman dan tidak terlalu menggembel. Dengan kata lain budget
ransel, tapi fasilitas koper, ya biarpun bokek tapi jangan keliatan lusuh-lusuh
amat gitu deh hehe. Nah, bagaimanakah caranya? Mari teruskan kembali membaca
tulisan saya.
Saya merupakan anak kampung asli
(#cihuyy), jadi norak dan udiknya kalau kata temen-temen mah naudzubillah
sekali. Ke negara jiran saja saya belum pernah, gimana mau kesana, lah wong
tiket saja mahal, belum akomodasi dan tektek bengek lainnya, pikir saya zaman
dulu. Ah bodo amat pikir saya, minimal saya harus menginjakkan kaki di negara
tetangga dulu, baru melipir ke negara lainnya. Maka di akhir tahun 2010 dulu
saya menuliskan apa yang harus saya lakukan di tahun 2011, saya tulis berderet-deret
dan besar-besar di paperboard di kamar saya, berikut hal-hal yang saya ingat
dan harus saya lakukan di tahun 2011:
1.
Bikin paspor (karena kalau ke luar negeri harus punya
paspor hijau dulu)
2.
Dapet beasiswa meneruskan kuliah ke luar negeri (dengan
modus biar bisa jalan-jalan gratis di luar negeri, seperti pepatah bilang
sekali mendayung 2, 3 pulau terlampaui)
3.
Terus apa lagi yah, lupa soalnya banyak banget dan yang
keinget cuma yang itu.
Maka dengan semangat ’45 di awal tahun
2011, berangkatlah saya ke kantor imigrasi untuk membuat paspor dengan tanpa
perantaraan calo, dan memang tidak ada calo yang mendekati saya di kantor
imigrasi tersebut, karena sudah ketahuan dari tampangnya bahwa uang yang saya
punya hanya cukup untuk bikin paspor dengan harga asli kantor imigrasi bukan
harga calo yang biasanya mematok harga berkali-kali lipat. Maka pantas lah
kalau paspor saya jadinya lamaaaaaaaaa sekali hampir tiga minggu karena diselak
sana-diselak sini oleh mereka-mereka yang nitip sama calo (#nasib-nasib). Oh
ya, ketika diwawancara oleh petugas imigrasi kenapa saya membuat paspor, dengan
mantapnya saya bilang ‘‘untuk persyaratan melanjutkan kuliah ke luar negeri,
pak’’ (#wadul banget saya, padahal mah masukin aplikasi nya juga belum dan ga
tahu kemana, yang penting di approve dulu paspornya).
Setelah saya dapet paspor saya sempat
bingung mau kemana. Maka beberapa bulan saya diamkan dulu paspor itu dan saya
hanya cari-cari info di internet dan buku traveling. Sampai akhirnya saya
menemukan buku karangan Claudia Kaunang yang isinya tentang jalan-jalan ke
negara Singapura dengan hanya 500 ribu dan buku tentang jalan-jalan ke
Singapura, Malaysia dan Thailand hanya dengan 2 juta. Ih bohong banget sih,
kata saya waktu itu karena saya pikir gak mungkin lah murah banget segitu. Dan
pada akhirnya ketika saya beres membaca, saya menjadi terpengaruh untuk
jalan-jalan seperti mbak CK ini, gue banget lah pokoknya cheaper tapi comfort
hihihihi. Nah loh tapi kalau pergi sendirian saya ga berani juga, tapi kalau barengan
sama temen malah suka ga match waktunya, jadi mau gak mau saya putuskan untuk
pergi sendirian, diulangi sendirian. Maka belilah saya tiket jauh-jauh hari
sebelumnya agar agak murah, dengan tujuan Bandung-Singapura-Malaysia-Bandung.
Saya memilih kedua negara tersebut karena saya masih newbie dalam hal perjalanan
ke luar negeri jadi harus ada pemanasan dulu dengan pergi ke negara tetangga
terlebih dahulu. Selain itu budget yang saya punya memang hanya cukup untuk
pergi ke sana, kalau budget yang saya punya banyak mah mungkin saya berani
pergi ke negara yang lebih jauh. Dan selain itu di Singapura sedang ada paket
jalan-jalan hemat, sekitar 100 dollar Singapura. Jadi saya ikut deh, dengan
meeting point di Bandara Changi. Jadi saya dari Bandung sendirian, kemudian
kumpul bersama teman-teman lain yang tidak saya kenal sebelumnya, kemudian dari
Bandara Changi kita ngetrip bareng menyusuri negara yang dijuluki Negara Kota
itu.
Harus saya akui bahwa di Singapura
segala sesuatu memang serba rapi, teratur, dan terkomputerisasi. Kalau kita
baru pertama kali ke Singapura, saya berasumsi kita tidak akan kesasar bila
ingin pergi kesana-kemari karena informasi mengenai tempat-tempat yang dituju
begitu jelas dan mudah diperoleh. Mulai dari brosur gratis yang lengkap yang
bisa kita peroleh di bandara, papan informasi yang jelas berikut alur panahnya,
selain itu bila naik MRT kita bisa memastikan kapan datang dan perginya kereta
sehingga tidak wasting time.
Dari Changi bersama teman-teman yang
baru saya kenal, kita mengunjungi Restoran Makanan Laut Chai Chee karena laparnya
minta ampun waktu itu. Kabarnya, restoran ini adalah salah satu restoran
seafood terkenal di Singapura, orang Singapura bilang die die must try
(wajib dicoba). Beres makan, kita numpang sholat di lantai 2 restoran ini.
setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke daerah Merlion dan sekitarnya. Spot
pertama yang dikunjungi bertemakan CULTURE and LANDMARKS, yaitu ke daerah CBD
(Central Business District), MRT City Hall dan Raffles Place. Nah, disana ada
tempat-tempat yang harus dikunjungi, apalagi kalau bukan Merlion Statue,
Fullerton Hotel, Esplanade Theatre On The Bay (bangunan yang kayak buah durian),
Raffless Statue (Raffles Landing Site), Parliament House, The Art House,
Victoria Theatre & Concert Hall, Asian Civilization Museum, ke sekitarannya
Marina Bay Sands, Marina Barrage (bendungannya orang Singapura), Art Science
Museum, ke Universal Studio Singapore (numpang moto di depan globe nya doang,
abisan kalo masuk lumayan mahal), mampir ke Sentosa sedikit, terus ke daerah
Chinatown, liat-liat temples, ke Sri Marriamaman Temple, lanjut ke Pagoda
Street (disana terdapat night market versi ChinaTown, murah-murah barangnya
harus nawar tapi), lanjut terus ke Clarke Quay (katanya sih happening
banget ni tempat, tapi biasa aja kata saya mah hihihi, abisan cuma ada
resto-resto dan bar-bar, yang memang dibangun di sepanjang Sungai yang bersih
tentunya), lalu ke Kampong Glam dan Little India yang cuma numpang lewat aja
abisan malam minggu mah suka desek-desekan. Habis itu ke hostel di daerah Bugis.
Haaa dan saya ga inget semua tempat yang dikunjungi. Duh pegel juga deh walking
tour hari ini. Dan gak jauh dari situ ada Mesjid yang gede, Mesjid Sultan
namanya, tadinya saya mau shalat disitu, tapi karena kelelahan akhirnya sholat
di hostel aja. Dan kabarnya suara adzan di Singapura hanya terdengar bila kita
berada dalam mesjidnya, tidak terdengar ke luar. Beda banget yah kalo di De-A
mah dari tahrim sampe adzan di geber terus pake pengeras suara (#sesuatu).
Malam harinya setelah makan malam di
sekitar Bugis, saya bersiap untuk tidur. Anyway mengenai makanan di Singapura,
banyak makanan halal, kalau masih ragu tanya aja sama pedagangnya, atau liat
kalau ada tulisan NO PORK NO LARD itu maksudnya adalah halal. Dan ketika mau
tidur saya baru inget belum ngabarin orang rumah, pas ngecek sms, ternyata ibu
saya udah beberapa kali nelpon dan ngesms, salah satu isinya bilang gini “de,
meni ga dibales ibu ngesms teh” hihihi adeuhhh ibu saya khawatir anaknya
nyasar-nyasar. Namun karena saya gak punya pulsa (gubrakk kere bangett deh gw),
akhirnya saya ngabarin dengan chatingan (alhamdulillah ada wifi di hostel).
Esoknya jam 9, kita jalan kaki ke MRT
bugis, mau ke daerah Orchard. Yapp benar sekali tema kali ini adalah dari mall
ke mall, jangan pernah ngaku ke Singapura kalau ga mampir ke Orchard Road ini.
Walaupun gak suka belanja, at least window shopping aja kayak saya hanya liatin
orang-orang belanja aja (#sabar). Bukan karena saya gak doyan belanja, tapi
karena tekad saya jalan-jalan adalah untuk melihat dunia, dan saya gak mau
nafsu belanja saya menodai perjalanan ini (#hiaaaa sok banget deh gw, bilang
aja kere :D).
Sepanjang Orchard Road ini, saya
melewati Istana Negara-nya Singapura, terus disebrang jalannya ada Istana Park
nya (jadi, Istana sama Park nya kepisah oleh jalan raya), Concorde Shopping
Mall, Orchard Central, 313Somerset, Orchard Shopping Centre, Orchard Building,
Mandarin Gallery, The Heeren, Ngee Ann City/Takashimaya, Embassy nya New
Zealand dan Polandia, The Paragon, Lucky Plaza, Wisma Atria, ION Orchard,
H&M, Tangs Depstore, dan lupa lagi apaa yaaa haha abisan sepanjang jalan
itu isinya mall semua atau hotel. Oh ya, sepanjang Orchard Road ini rata-rata
mall nya nyambung-nyambung gitu dari satu mall ke mall lain, makanya daerah
Orchard ini suka dibilang Orchard Road Shopping Belt, ya itu karena saling
terhubung dari satu mall ke mall yang lain sehingga ga kepanasan ataupun
kehujanan. Dan kerennya, negara tetangga ini walapun jarang ditemui tempat
sampah di jalan sekitar Orchard tapi jalan ini bersih sekali, cuma daun aja
yang berserakan karena jatuh. Oh ya, saya ingetin jangan buang sampah dimana
aja yaaa, CCTV mereka dimana-mana, kan gak lucu juga kena denda hanya karena
buang sampah sembarangan. Namun ada hal-hal miris juga yang saya temui di
Singapura walaupun dia termasuk negara maju, soalnya sebagian nenek-nenek masih
ada yang bekerja keras seperti menjadi cleaning service di mall-mall, di Bandara
Changi, dan ada juga yang menjadi tuna wisma yang saya temui ketika saya hendak
naik MRT ke Changi (#kemana ya anak mereka?). Dari Orchard Road kita kembali
lagi ke Bugis untuk beli oleh-oleh murah meriah di Bugis Area. Malamnya, teman
sekamar saya pergi lagi mau naik Singapore Flyer, saya sih ga ikut, selain udah
malam juga untuk saving money karena saya besok akan ke KL.
Esoknya ketika hendak ke KL saya asli
deg-deg-an karena saya benar-benar berangkat sendiri dan hanya mengandalkan
buku panduan. Untunglah saya ga nyasar naik MRT sampai ke Bandara Changi dan
langsung mencari pesawat ke KL. Ketika sampai di Bandara KL yaitu di Bandara
LCCT, saya lalu mencari-cari bis yang hendak membawa saya ke KL Central dengan
lama perjalanan sekitar satu jam. Dari KL Central saya membeli kartu perdana
Malaysia dulu, karena saya asli gak punya pulsa banget buat nelpon sahabat saya
di De-A yang waktu itu sedang kuliah di IIUM, nama panggilannya Abi (noh bi,
sama gw ditulis namanya biar eksis hihihi). Untunglah si Abi bisa ngejemput
saya di KLC karena saya ngasih tahunya pun dadakan mau ke KL. Dan untuk
seharian itu Abi resmi jadi tour guide dadakan.
Dari KLC, Abi ngajakin keliling KL
pake LRT terus komuter, yang masih saya inget waktu itu diajakin ke Central
Market, Twin Tower, terus ke jalan Bukit Bintang deh nyari-nyari hostel ampe
puyeng selangit. Setelah saya dapet room, Abi pulang deh ke asramanya di IIUM,
dan secara resmi saya cengo karena ga ada temen lagi. Di hostel ini saya
memilih tipe kamar yang dormitory biar lebih murah sewanya, jadi sekamar bisa
untuk berenam, ranjang kasurnya mirip kayak di De-A pake ranjang tingkat. Tapi
karena hari itu bukanlah peek season, jadi sedikit sekali orang yang melancong
ke KL. Di hostel aja cuma ada 5 bule, 3 Indonesia, dan 1 Penang. Dan kamar saya
yang seharusnya untuk berenam itu hanya diisi oleh saya saja, syukur deh, tapi
keueung. Akhirnya saya kenalan sama 3 orang dari Indonesia itu, ternyata mereka
adalah para mbak-mbak pelancong sejati, keren abis lah mereka. Nah karena saya
sendirian, maka saya meminta izin supaya bisa ngintilin mereka kemanapun mereka
pergi, dan APPROVED. Syukur deh ada temen jalan lagi. Nah malamnya saya
ngintilin mbak-mbak tadi ke Twin Tower lagi, buat ngambil gambar di malam hari.
Setelah puas keliling-keliling kita makan nasi lemak dan teh tarik, kemudian
balik deh ke hostel dan tiduuuurrrr.
Esoknya mbak Lina, mbak Evi dan mbak
Vivi harus pulang ke Indonesia, tapi sebelumnya mereka mau jalan-jalan dulu ke
Batu Caves yang ada patung Dewa Murugan. Dan saya masih setia ngintilin mereka. Oh iya, Batu Caves adalah bukit kapur yang memiliki gua-gua dan kuil-kuil umat Hindu. Letaknya di daerah Gombak, Kuala Lumpur. Daerah Batu Caves ini merupakan titik fokus Hindu festival Thaipusam di Malaysia. Disana kita liat-liat patung-patung Dewa umat Hindu yang besar-besar, terus kita liat-liat kuil nya, liat upacara mereka, ngasih makan burung yang banyak banget, terus naik sekitar 274 an anak tangga (kalo ga salah), widiihhhh pegel lah pokoknya hehehe.
Pulangnya dari Batu Caves
tersebut kita makan dulu, terus mbak-mbak tadi balik lagi ke hostel dan
langsung berangkat ke LCCT, dan resmi saya ditinggal sendirian lagi. Untunglah
pas saya pulang ke hostel di ruang tv ada Steve, seorang Malaysia asal Penang
yang lagi menginap di KL. Akhirnya kita kenalan dan Steve terkejut ketika tahu
saya sedang traveling sendirian. Beres maghrib, Steve ngajakin saya jalan-jalan
sebentar ke luar, widiihhh rame banget deh di luar secara daerah hostel tempat
saya menginap ini seperti jantungnya KL. Eh si Steve malah ngajakin minum bir,
ampun deh nih anak kagak liat apa yak aye pake kerudung, ckckckck, kemudian
sambil ketawa saya bilang aja wah saya kan Muslim, trus si Steve jawab, oh
kirain kamu kayak teman saya di rumah (baca:temannya ada yang Islam KTP). Terus
saya jawab aja kalau saya Islam beneran hehe. Si Steve pun paham dan langsung
pesan es jeruk di tempat makan di pinggir jalan. Setelah itu kita jalan lagi
keliling Bukit Bentang ngeliatin manusia patung perak yang gak gerak-gerak,
dengan jail nya si Steve ngambil topi manusia perak yang jadi patung itu. Hmmm.
Lelah dari tadi jalan-jalan, akhirnya kita balik lagi ke hostel. Sebelum pergi
ke dormitory room masing-masing, si Steve bilang kalo besok kita jalan-jalan
lagi keliling-keliling, waduh tapi besok pagi saya ga bisa karena harus udah
chek out dari hostel karena mau ke kampusnya si Abi di IIUM terus langsung
pulang ke Bandung deh. Malam itu di dormitory room saya masih sendirian, karena
belum ada yang check in lagi. Maka saya kunci rapat-rapat kamarnya.
Esoknya si Abi ngasih tahu kalau mau
ke IIUM harus dari pagi karena saya harus udah kembali lagi ke Bandung sorenya.
Sesuai dengan instruksi dari Abi, saya memakai kereta dulu sampai ke KLC, terus
ganti kereta lagi ke arah Gombong. Nah, dari sana saya di jemput deh pake motor
ke arah IIUM, jauhnyaaaaa. Sampai di IIUM saya nganterin Abi dulu buat bayar
kuliah, terus makan dulu ke kantin di IIUM, foto-foto dikit depan kampus IIUM,
dan terakhir pulang deh. Harusnya disini saya ketemu juga sama Igum alias Ihsan
Gumilar temen di De-A juga, namun Igum udah keburu sekolah lagi ke Kanada,
jadinya yang ketemu dengan anak De-A ya Cuma sama Abi aja. Hmm segitu deh
cerita flashpackingan saya waktu ke negara tetangga.