Minggu, 20 Maret 2011

Muhammadiyah dan Ahmadiyah

Suatu siang di keramaian , terjadilah percakapan santai antara saya bersama bapak satpam...

saya: hadeuhh, cape pak, hareudang (gerah).
pak satpam: iya neng, habis ngapain nyah?
saya: pawai pak.
pak satpam: dari mana emang?
saya: dari Muhammadiyah pak, keliling..
pak satpam: wahhh Muhammadiyah disini mah aman ya neng?
saya: (hihi ini bapak pasti berpikir kalau Muhammadiyah=Ahmadiyah) hehehe ini mah Muhammadiyah pak bukan Ahmadiyah..
pak satpam: (segera tersadar telah salah bicara) ehh iya ya beda neng..
saya: hihi iya beda pak, kalau Muhammadiyah=pengikut nabi Muhammad, kalau Ahmadiyah=Mirza Gulam Ahmad pak hehehe..


Capeee, sehari ini outdoor teruuusss, sekaligus senang because after that we can go to Susukan, no matter I'm so tired, the most important I can see you, today..#uhuk uhuk :D

capeee, habis pawai musyda muhammadiyah, sekaligus senaaaanggg karena setelahnya makan ke susukan, I like ayam bakar susukan,

Kamis, 17 Maret 2011

a Testimoni for Prof. Oekan. S. Abdoellah

Jika nanti saya ditanya orang, hal apakah yang paling membanggakan dalam kehidupan kamu? maka tanpa ragu saya akan jawab ketika usaha kecil saya dihargai oleh seorang Profesor, Guru Besar. Kenapa begitu? mari saya ceritakan sosok Profesor yang saya kagumi ini.

Prof. Oekan. S. Abdoellah., M.A., Ph.D, namanya. Beliau adalah salah satu Guru Besar UNPAD. Waktu kuliah S1 saya pernah diajar oleh beliau dalam mata kuliah Antropologi Ekologi, Teori2 Sosial Kontemporer, dan Antropologi Pembangunan. Cara mengajar pak Oekan, yang gampang dimengerti dengan contoh-contoh yang real ditambah selalu disisipkan pesan2 moral baik itu dikutip dari Al-Qur’an atau Hadis, menjadikan saya dan ke-2 sahabat saya selalu bersemangat untuk masuk kuliah, dan tentunya selalu duduk paling depan agar semua kata-kata pak Oekan menyerap ke dalam otak kiri kami.

Dengan bekal ilmunya, sudah mengantarkan Pak Oekan menjadi seorang pembicara tidak hanya di dalam negeri, tapi juga diluar negeri. Dalam kuliahnya pak Oekan suka bercerita, kalau pergi ke luar negeri, oleh-oleh yang selalu dibawa buat istri dan anak-anaknya adalah tumpukan buku-buku. Pak Oekan juga merupakan seorang pribadi yang sangat peduli terhadap keluarga ataupun masyarakat sekitarnya. Contohnya, pak Oekan pernah menjadi Ketua RW di lingkungan rumahnya loh. Hebat kan? Guru Besar yang merangkap jadi ketua RW.

“Ilmu Kampung” adalah salah satu yang hal yang selalu diajarkan oleh pak Oekan. Bagaimana sebenarnya segala sesuatu yang ada di alam bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh kita.

Ternyata kesukaan kami akan mata kuliah yang diajarkan pak Oekan, berbanding lurus dengan nilai yang kami dapatkan, tak lain dan tak bukan adalah A. hehehe alhamdulillah.

Kembali lagi kepada cerita di atas. Minggu-minggu ini saya mencoba peruntungan untuk melanjutkan kuliah saya, dengan beasiswa tentunya, karena kalau bea sendiri rasanya terlalu besar untuk ukuran kantong saya. Nah, mulai lah saya me-list persyaratan apa saja yang harus saya penuhi. Beberapa persyaratan sudah saya kumpulkan, namun ada juga yang belum. Salah satunya ya surat rekomendasi. Saya pun berpikir-pikirlah mau minta ke siapa yak surat rekomendasinya. Sempat telintas untuk mengajukan surat rekomendasi sama pak Oekan.

Namun, karena saya tidak punya no kontak pak Oekan, akhirnya saya tanya ke teman2, namun tidak ada yang tahu juga. Haduhhh sama aja ini mah. Cara terakhir adalah dengan tanya ke mang google, tapi sama saja hasilnya none. Namun, akhirnya saya bisa berkontak dengan anaknya pak Oekan. Kata anaknya kalau mau ketemu pak Oekan datang langsung ke kantornya.

Hmmm baiklah, beberapa hari kemudian, masih dengan spekulasi tingkat tinggi (karena saya gak tahu apakah pak Oekan ada di kantor atau tidak–secara Guru Besar pasti sibuk–), datanglah saya ke kantor pak Oekan dari rumah saya yang berjarak tempuh sekitar 2,5 jam. Saya hanya punya 2 pilihan, pertama, kalau saya datang ke kantor pak Oekan, akan ada dua kemungkinan, ada atau tidak ada. pilihan ke-2, kalau saya tidak datang ke kantor pak Oekan, jelas, bakal tidak ada. Intinya kalau pilihan ke satu ada usaha dari saya, kalau pilihan kedua tidak ada usaha sama sekali. Dan saya pilih pilihan pertama.

Setelah sampai ke kantor pak Oekan, ternyata memang benar tidak ada. Bertanyalah saya kepada satpam, kapan pak Oekan pulang, namun sama saja tidak tahu. Dan saya disuruh menunggu di dalam ruangan saja sama satpamnya. Namun, saya rasa saya sudah menunnggu agak lama dan mungkin sia-sia saja saya menunggu, karena saya pikir mungkin pak Oekan ada acara di tempat lain dan tidak kembali ke kantor. Akhirnya, saya pun mau berpamitan pulang dulu ke satpam, tapi sama satpam-nya saya disuruh tunggu aja lagi, karena pak Oekan akan kembali sebentar lagi. Hoduhh syukurlahh.

Akhirnya, datanglah pa Oekan. Namun, karena pak Oekan sangat sibuk, saya hanya berbicara sebentar dengan Profesori. Dan saya disuruh membikin draft buat surat rekomendasinya dahulu. Akhirnya besok lusa saya kembali lagi ke kampus dago. Disana pak Oekan mau mengajar anak2 pasca sarjana. Untunglah sempat bertemu pal Oekan sebelum beliau mengajar. Pas saya sampai,  pas pak Oekan sampai juga ke gedung pascasarjana. Saya pun menyerahkan drafnya tersebut. Dan pak Oekan bilang, boleh dicek lagi besok suratnya, tapi mungkin saja ada coretan di draft surat itu. Saya pun menganggukan kepala tanda setuju, tak lupa mengucapkan teimakasih karena pak Oekan sudah bersedia membaca draft surat rekomendasi saya. Dan pulanglah saya.

Esoknya, saya kembali lagi ke kantor pak Oekan. Saya pikir kayaknya surat bikinan saya banyak coretannya deh, hmmm berarti nanti harus saya revisi lagi dan harus segera diketik ulang untuk kemudian dikembalikan lagi (yaaa mirip2 kalau kita lagi bimbingan skripsi kali yaa, bolak balik gitu, pikir saya waktu itu). Namun, hampir setengah jam saya menunggu, pak Oekan belum datang juga, saya pun bertanya kepada orang yang lewat disana, hmmm katanya para pejabat Unpad hari ini sedang rapat di kampus pusat Unpad, dan saya disuruhnya untuk menanyakan kapan pak Oekan kembali lagi ke kantor kepada sekretarisnya di lantai 2. Waduhhh iya yah, kenapa saya ga dari tadi aja naik ke lantai 2 menayakan kapan pak Oekan datang ke kantor, saya ga inget nih kalau di kantor pak Oekan ada sekretarisnya.  Duh duh duh. Saya pikir, kalau masih lama di kantor pusat Unpad, saya mau nyusul aja kesana hehehe nekat aja lah yang jelas usaha saya hari ini harus berhasil. Going the extra miles.

Kemudian naiklah saya ke lantai 2, dan saya bertanya kepada ibu sekretaris yang sangat ramah tamah ini.

Saya: bu, mmm pak Oekan kapan pulang ya?

Ibu sekretaris: oh, adek dari mana ya?

Saya: saya mahasiswanya bu

Ibu sekretaris: oh, dari pascasarjana?

Saya: bukan bu, sarjana :)

Ibu sekretaris: ada apa ya dek?

Saya: mmm gini bu, saya tadinya mau ke pak Oekan, mau menanyakan perihal surat yang kemarin diserahkan.

Ibu sekretaris: oh yang ini bukan ya? (sambil menuju ke mejanya)

Saya: Oh iya bu benar sekali, udah bapak tanda tangan bu?

Ibu sekretaris: sudah, ini dek

Dan tahukah kalian, apa yang terjadi? Ternyata draft surat yang saya buat itu mungkin banyak kesalahannya, dan sebagai gantinya, pak Oekan dengan sangat baik hati merevisikanya (membuat yang baru tepatnya), dan kemudian memprint-out kannya, dan kemudian di tanda tangani. WOOOOOOWWWW saya masih surprise akan kejadian ini, karena saya mengira saya harus merevisinya, dan kembali lagi ke kantor pak Oekan. Namun ini tidak, surat tersebut sudah selesai diperbaiki, diprint-outkan dan ditandatangani langsung oleh bapak, saya tidak perlu cape2 lagi merevisi apapun. It’s amaaazingggg for me. Saya merasa dihargai sekali oleh Profesor Oekan, karena ditengah kesibukannya, beliau masih sempat melakukan hal-hal yang amat sangat detail bagi saya. Saya baru menemukan Profesor yang sangat menghargai sekali kepada anak muda seperti saya. Saya sampai terharu teman, bayangkan, orang sekaliber pak Oekan melakukan hal-hal diatas. Saya pikir, dosen saya pun belum pernah melakukan hal tersebut, kecuali dosen wali saya (yang ngasih obat ramuan gratis buat ibu saya). Ya Alloh, hamba sampai teharu dan menangis.  Setelah itu, akhirnya, saya mengucapkan salam lah kepada ibu sekretaris, dan titip pesan untuk bapak Oekan “Thanks a bunch” atas support yang telah diberikannya lewat surat rekomendasinya.

Saya pun dari sana berlari, naik angkot dan kemudian turun di Pusdai. Saya ingin segera sujud syukur dan sholat dhuha pada Alloh, karena hari ini saya sangat amat senang sekaliiii. Saking senangnya, saya sampai menangis diatas sajadah itu. Menangis bahagia.

Doa untuk pak Oekan:

Ya Alloh, semoga Engkau beri keberkahan bagi pak Oekan dan keluarganya

Semoga Engkau limpahkani kasih sayangMu kepada mereka

amin.

Kan ku ukir kebaikanmu Prof.

Dan akhirnya saya pulang, karena harus segera mengajar. Dan sejak hari ini saya bertekad, untuk ingin selalu melakukan hal-hal yang bisa membahagiakan orang lain, walaupun hal itu terasa kecil dimata kita, tapi mungkin sangat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya. Terimaksih Prof atas pengalaman dan ilmu yang berharga ini. You are the best Professor I ever met. and You are the Ideal Profesor.

See you soon Prof

Doakan cita2 saya telaksana di tahun ini.

Amiin

kabulkan ya Allah..

*And for you kawans, If you have a dream, going the extra miles yaa, dan serahkan hasilnya pada yang Maha Kuasa. Insya Allah berbuah manis.

lalalala, I like cumi asam manis, lalalala I miss cumi bumbu padang :) lalalala heyy it's you...

Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...