Sabtu, 10 November 2007

tugas kul

Tema : Peran Antropologi Dalam Pembangunan

 

 

ANTROPOLOGI DAN PEMBANGUNAN

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

 

 

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba untuk membahas peran antropologi dalam pembangunan. Lebih lanjut lagi, saya akan membahas pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan konsep antropologi dalam upaya mencapai pembangunan tersebut.

Pembangunan pada hakikatnya adalah usaha peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih enak dan lebih tentram serta lebih menjamin kelangsungan hidup di hari depan. Dengan demikian usaha pembangunan mempunyai arti humanisasi; atau usaha memanusiakan manusia. Pembangunan dari dan untuk manusia seutuhnya, berarti manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan, berusaha menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidupnya, baik sebagai makhluk rohani yang menjasmani maupun sebagai makhluk jasmani yang merohani. (Nourouzzaman, 1986 : 1).

Seperti telah tersirat pada paragraph diatas, bahwa pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih baik. (Otto Soemarwoto, 2004 : 158).

Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukannya perbaikan mutu hidup yang akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Oleh karena itu, dalam pembangunan tersebut dibutuhkan disiplin antropogi dalam upaya perencanaan pembangunan di masa depan.

Pembangunan sebagai usaha memanusiakan manusia, pada hakikatnya juga merupakan usaha yang mempunyai makna etik, baik dalam tujuan yang ingin dicapai maupun dalam cara pelaksanaan usaha mencapai tujuan pembangunan itu sendiri. Karena itu, bukan hanya tujuan pembangunan yang harus sesuai dengan nilai-nilai etik, akan tetapi juga cara mencapai tujuan pembangunan tersebut. Jika nilai-nilai etik itu tidak melekat kuat dalam proses pembangunan, maka pada gilirannya akan mengakibatkan lahirnya tindakan yang bersifat dehumanistik, atau merusak kemanusiaan.

Pada dasarnya pembangunan itu selalu bersifat dilematis, maksudnya adalah bahwa dalam pelaksanaan pembangunan selalu ada sisi yang berdampak positif dan di sisi lain menimbulkan dampak negative. Selanjutnya kita sebut ada manfaat atau resiko dalam pelaksanaan pembangunan.

Bila dalam pembangunan memperhatikan manfaat saja maka akan membahayakan lingkungan dan bila memperhatikan resiko saja maka akan membuat kita takut untuk melakukan pembangunan, dan bila hal itu terjadi maka mutu hidup kita akan merosot. Oleh karena itu cara untuk membangun sekaligus juga meningkatkan mutu lingkungan dan mutu hidup adalah dengan cara bahwa pembangunan itu harus berwawasan lingkungan, yaitu dengan menganalisis manfaat dan resiko lingkungan tersebut. Dengan kata lain, hal yang pertama kali harus dilakukan dalam melakukan pembangunan adalah dengan meneliti secara terintegrasi (bukan secara parsial) komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, kita harus mendengarkan suara-suara kecil sehingga hasil akhir dari pembangunan tersebut tidak merugikan pihak manapun.

Sebagai ilustrasi, pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai pembangunan jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), khususnya bagi orang yang tinggal di antara Purwakarta-Padalarang, merupakan pembangunan yang sangat merugikan bagi kehidupan perekonomian mereka, karena mereka yang menghasilkan uang dari (misalnya) membuka warung nasi di sepanjang jalan tersebut tidak lagi laku bahkan hampir bangkrut karena tidak ada lagi truk-truk ataupun mobil-mobil yang berhenti untuk makan di warungnya tersebut.

Seharusnya pemerintah terlebih dahulu melakukan penelitian-penelitian terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, mendengarkan suara-suara kecil agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, pun jika ada dampak negative hal tersebut merupakan dampak yang masih bisa ditolerir (yang paling minimal) karena pembangunan jalan tol Cipularang tersebut bukan hanya pembangunan secara material atau fisik saja tetapi juga merupakan pembangunan secara sosial. Dan pembangunan secara sosial tersebut tidak hanya dapat diselesaikan oleh sarjana-sarjana teknik tetapi juga peranan sarjana sosial termasuk disiplin antropologi harus turut berperan serta. Karena bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia yang di bangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut.

Dalam mengukur pembangunan terdiri dari beberapa variable untuk mengukurnya, yaitu :

  1. Kekayaan rata-rata.

Pembangunan di sini diartikan sebgai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah Negara.

  1. Pemerataan.

Bangsa yang berhasil adalah yang produktivitasnya tinggi dan juga makmur dan sejahtera secara relatif

  1. kualitas kehidupan
  2. kerusakan lingkungan
  3. keadilan sosial dan kesinambungan.

(Arief Budiman, 2000 : 2).

Seperti masalah kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, factor keadilan sosial pada variabel diatas juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Kerusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh indeks Gini dan tingkat kualitas kehidupan fisik. Karena itu, dapat dirumuskan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

 

 

                                                Pertumbuhan ekonomi

                           ====è        yang tinggi

             

Pembangunan    

yang berhasil    

                                                                       

                           ====è        Berkesinambungan: - tidak terjadi kerusakan sosial

                                                                                 - tidak terjadi kerusakan alam

 

(Arief Budiman, 2000 : 8)

 

Jadi, apabila kita perhatikan peranan antropologi dari contoh kasus diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa peranan antropologi dalam pembangunan antara lain adalah:

  1. membantu perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang yang diharapkan mampu menumbuhkan tingkat perekonomian serta terjadinya pembangunan sosial dan pembangunan alam yang berkelanjutan.
  2. Cara bagaimana memutuskan apakah suatu perubahan yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk yang hendak di bangun.
  3.  Memperkirakan seluruh akibat yang mungkin timbul sebagai hasil dari salah satu program yang di usulkan dalam pembangunan.

 

Oleh karena itu, dalam melakukan pembangunan hendaklah kita meneliti dahulu komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, agar pembangunan yang di jalankan bisa berhasil dengan baik, tanpa ada rintangan ataupun hambatan yang berarti.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan dan Dunia Ketiga. Gramedia : Jakarta.

Daeng, Hans J. 2000. Manusia Kebudayaan Lingkungan dan Tinjauan Antropologi.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. UI Press: Jakarta.

Saifuddin, Achmad F. 2005. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Shiddiqi, Nourouzzaman et al. 1986. Etika Pembangunan dalam Pembangunan Islam di Indonesia. Rajawali : Jakarta.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Materi Perkuliahan.

 

 

tugas kul

Tema : Peran Antropologi Dalam Pembangunan

 

 

ANTROPOLOGI DAN PEMBANGUNAN

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

 

 

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba untuk membahas peran antropologi dalam pembangunan. Lebih lanjut lagi, saya akan membahas pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan konsep antropologi dalam upaya mencapai pembangunan tersebut.

Pembangunan pada hakikatnya adalah usaha peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih enak dan lebih tentram serta lebih menjamin kelangsungan hidup di hari depan. Dengan demikian usaha pembangunan mempunyai arti humanisasi; atau usaha memanusiakan manusia. Pembangunan dari dan untuk manusia seutuhnya, berarti manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan, berusaha menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidupnya, baik sebagai makhluk rohani yang menjasmani maupun sebagai makhluk jasmani yang merohani. (Nourouzzaman, 1986 : 1).

Seperti telah tersirat pada paragraph diatas, bahwa pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih baik. (Otto Soemarwoto, 2004 : 158).

Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukannya perbaikan mutu hidup yang akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Oleh karena itu, dalam pembangunan tersebut dibutuhkan disiplin antropogi dalam upaya perencanaan pembangunan di masa depan.

Pembangunan sebagai usaha memanusiakan manusia, pada hakikatnya juga merupakan usaha yang mempunyai makna etik, baik dalam tujuan yang ingin dicapai maupun dalam cara pelaksanaan usaha mencapai tujuan pembangunan itu sendiri. Karena itu, bukan hanya tujuan pembangunan yang harus sesuai dengan nilai-nilai etik, akan tetapi juga cara mencapai tujuan pembangunan tersebut. Jika nilai-nilai etik itu tidak melekat kuat dalam proses pembangunan, maka pada gilirannya akan mengakibatkan lahirnya tindakan yang bersifat dehumanistik, atau merusak kemanusiaan.

Pada dasarnya pembangunan itu selalu bersifat dilematis, maksudnya adalah bahwa dalam pelaksanaan pembangunan selalu ada sisi yang berdampak positif dan di sisi lain menimbulkan dampak negative. Selanjutnya kita sebut ada manfaat atau resiko dalam pelaksanaan pembangunan.

Bila dalam pembangunan memperhatikan manfaat saja maka akan membahayakan lingkungan dan bila memperhatikan resiko saja maka akan membuat kita takut untuk melakukan pembangunan, dan bila hal itu terjadi maka mutu hidup kita akan merosot. Oleh karena itu cara untuk membangun sekaligus juga meningkatkan mutu lingkungan dan mutu hidup adalah dengan cara bahwa pembangunan itu harus berwawasan lingkungan, yaitu dengan menganalisis manfaat dan resiko lingkungan tersebut. Dengan kata lain, hal yang pertama kali harus dilakukan dalam melakukan pembangunan adalah dengan meneliti secara terintegrasi (bukan secara parsial) komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, kita harus mendengarkan suara-suara kecil sehingga hasil akhir dari pembangunan tersebut tidak merugikan pihak manapun.

Sebagai ilustrasi, pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai pembangunan jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), khususnya bagi orang yang tinggal di antara Purwakarta-Padalarang, merupakan pembangunan yang sangat merugikan bagi kehidupan perekonomian mereka, karena mereka yang menghasilkan uang dari (misalnya) membuka warung nasi di sepanjang jalan tersebut tidak lagi laku bahkan hampir bangkrut karena tidak ada lagi truk-truk ataupun mobil-mobil yang berhenti untuk makan di warungnya tersebut.

Seharusnya pemerintah terlebih dahulu melakukan penelitian-penelitian terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, mendengarkan suara-suara kecil agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, pun jika ada dampak negative hal tersebut merupakan dampak yang masih bisa ditolerir (yang paling minimal) karena pembangunan jalan tol Cipularang tersebut bukan hanya pembangunan secara material atau fisik saja tetapi juga merupakan pembangunan secara sosial. Dan pembangunan secara sosial tersebut tidak hanya dapat diselesaikan oleh sarjana-sarjana teknik tetapi juga peranan sarjana sosial termasuk disiplin antropologi harus turut berperan serta. Karena bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia yang di bangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut.

Dalam mengukur pembangunan terdiri dari beberapa variable untuk mengukurnya, yaitu :

  1. Kekayaan rata-rata.

Pembangunan di sini diartikan sebgai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah Negara.

  1. Pemerataan.

Bangsa yang berhasil adalah yang produktivitasnya tinggi dan juga makmur dan sejahtera secara relatif

  1. kualitas kehidupan
  2. kerusakan lingkungan
  3. keadilan sosial dan kesinambungan.

(Arief Budiman, 2000 : 2).

Seperti masalah kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, factor keadilan sosial pada variabel diatas juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Kerusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh indeks Gini dan tingkat kualitas kehidupan fisik. Karena itu, dapat dirumuskan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

 

 

                                                Pertumbuhan ekonomi

                           ====è        yang tinggi

             

Pembangunan    

yang berhasil    

                                                                       

                           ====è        Berkesinambungan: - tidak terjadi kerusakan sosial

                                                                                 - tidak terjadi kerusakan alam

 

(Arief Budiman, 2000 : 8)

 

Jadi, apabila kita perhatikan peranan antropologi dari contoh kasus diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa peranan antropologi dalam pembangunan antara lain adalah:

  1. membantu perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang yang diharapkan mampu menumbuhkan tingkat perekonomian serta terjadinya pembangunan sosial dan pembangunan alam yang berkelanjutan.
  2. Cara bagaimana memutuskan apakah suatu perubahan yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk yang hendak di bangun.
  3.  Memperkirakan seluruh akibat yang mungkin timbul sebagai hasil dari salah satu program yang di usulkan dalam pembangunan.

 

Oleh karena itu, dalam melakukan pembangunan hendaklah kita meneliti dahulu komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, agar pembangunan yang di jalankan bisa berhasil dengan baik, tanpa ada rintangan ataupun hambatan yang berarti.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan dan Dunia Ketiga. Gramedia : Jakarta.

Daeng, Hans J. 2000. Manusia Kebudayaan Lingkungan dan Tinjauan Antropologi.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. UI Press: Jakarta.

Saifuddin, Achmad F. 2005. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Shiddiqi, Nourouzzaman et al. 1986. Etika Pembangunan dalam Pembangunan Islam di Indonesia. Rajawali : Jakarta.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Materi Perkuliahan.

 

 

tugas kul

Tema : Peran Antropologi Dalam Pembangunan

 

 

ANTROPOLOGI DAN PEMBANGUNAN

YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

 

 

Dalam tulisan ini, saya akan mencoba untuk membahas peran antropologi dalam pembangunan. Lebih lanjut lagi, saya akan membahas pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan menggunakan konsep antropologi dalam upaya mencapai pembangunan tersebut.

Pembangunan pada hakikatnya adalah usaha peningkatan taraf hidup manusia ke tingkat yang lebih baik, lebih sejahtera, lebih enak dan lebih tentram serta lebih menjamin kelangsungan hidup di hari depan. Dengan demikian usaha pembangunan mempunyai arti humanisasi; atau usaha memanusiakan manusia. Pembangunan dari dan untuk manusia seutuhnya, berarti manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan, berusaha menciptakan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam hidupnya, baik sebagai makhluk rohani yang menjasmani maupun sebagai makhluk jasmani yang merohani. (Nourouzzaman, 1986 : 1).

Seperti telah tersirat pada paragraph diatas, bahwa pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai derajat dipenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan lebih baik. (Otto Soemarwoto, 2004 : 158).

Dalam usaha memperbaiki mutu hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak. Sebab kalau kerusakan terjadi, bukannya perbaikan mutu hidup yang akan dicapai, melainkan justru kemerosotan. Oleh karena itu, dalam pembangunan tersebut dibutuhkan disiplin antropogi dalam upaya perencanaan pembangunan di masa depan.

Pembangunan sebagai usaha memanusiakan manusia, pada hakikatnya juga merupakan usaha yang mempunyai makna etik, baik dalam tujuan yang ingin dicapai maupun dalam cara pelaksanaan usaha mencapai tujuan pembangunan itu sendiri. Karena itu, bukan hanya tujuan pembangunan yang harus sesuai dengan nilai-nilai etik, akan tetapi juga cara mencapai tujuan pembangunan tersebut. Jika nilai-nilai etik itu tidak melekat kuat dalam proses pembangunan, maka pada gilirannya akan mengakibatkan lahirnya tindakan yang bersifat dehumanistik, atau merusak kemanusiaan.

Pada dasarnya pembangunan itu selalu bersifat dilematis, maksudnya adalah bahwa dalam pelaksanaan pembangunan selalu ada sisi yang berdampak positif dan di sisi lain menimbulkan dampak negative. Selanjutnya kita sebut ada manfaat atau resiko dalam pelaksanaan pembangunan.

Bila dalam pembangunan memperhatikan manfaat saja maka akan membahayakan lingkungan dan bila memperhatikan resiko saja maka akan membuat kita takut untuk melakukan pembangunan, dan bila hal itu terjadi maka mutu hidup kita akan merosot. Oleh karena itu cara untuk membangun sekaligus juga meningkatkan mutu lingkungan dan mutu hidup adalah dengan cara bahwa pembangunan itu harus berwawasan lingkungan, yaitu dengan menganalisis manfaat dan resiko lingkungan tersebut. Dengan kata lain, hal yang pertama kali harus dilakukan dalam melakukan pembangunan adalah dengan meneliti secara terintegrasi (bukan secara parsial) komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, kita harus mendengarkan suara-suara kecil sehingga hasil akhir dari pembangunan tersebut tidak merugikan pihak manapun.

Sebagai ilustrasi, pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai pembangunan jalan tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalarang), khususnya bagi orang yang tinggal di antara Purwakarta-Padalarang, merupakan pembangunan yang sangat merugikan bagi kehidupan perekonomian mereka, karena mereka yang menghasilkan uang dari (misalnya) membuka warung nasi di sepanjang jalan tersebut tidak lagi laku bahkan hampir bangkrut karena tidak ada lagi truk-truk ataupun mobil-mobil yang berhenti untuk makan di warungnya tersebut.

Seharusnya pemerintah terlebih dahulu melakukan penelitian-penelitian terhadap lingkungan masyarakat sekitarnya, mendengarkan suara-suara kecil agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, pun jika ada dampak negative hal tersebut merupakan dampak yang masih bisa ditolerir (yang paling minimal) karena pembangunan jalan tol Cipularang tersebut bukan hanya pembangunan secara material atau fisik saja tetapi juga merupakan pembangunan secara sosial. Dan pembangunan secara sosial tersebut tidak hanya dapat diselesaikan oleh sarjana-sarjana teknik tetapi juga peranan sarjana sosial termasuk disiplin antropologi harus turut berperan serta. Karena bagaimanapun juga, pembangunan pada akhirnya harus ditujukan pada pembangunan manusia. Manusia yang di bangun adalah manusia yang kreatif. Untuk bisa kreatif, manusia tersebut harus merasa bahagia, merasa aman dan bebas dari rasa takut.

Dalam mengukur pembangunan terdiri dari beberapa variable untuk mengukurnya, yaitu :

  1. Kekayaan rata-rata.

Pembangunan di sini diartikan sebgai jumlah kekayaan keseluruhan sebuah Negara.

  1. Pemerataan.

Bangsa yang berhasil adalah yang produktivitasnya tinggi dan juga makmur dan sejahtera secara relatif

  1. kualitas kehidupan
  2. kerusakan lingkungan
  3. keadilan sosial dan kesinambungan.

(Arief Budiman, 2000 : 2).

Seperti masalah kerusakan alam yang dapat mengganggu kesinambungan pembangunan, factor keadilan sosial pada variabel diatas juga merupakan semacam kerusakan sosial yang bisa mengakibatkan dampak yang sama. Kerusakan sosial ini antara lain dapat diukur oleh indeks Gini dan tingkat kualitas kehidupan fisik. Karena itu, dapat dirumuskan bahwa pembangunan yang berhasil mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

 

 

                                                Pertumbuhan ekonomi

                           ====è        yang tinggi

             

Pembangunan    

yang berhasil    

                                                                       

                           ====è        Berkesinambungan: - tidak terjadi kerusakan sosial

                                                                                 - tidak terjadi kerusakan alam

 

(Arief Budiman, 2000 : 8)

 

Jadi, apabila kita perhatikan peranan antropologi dari contoh kasus diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa peranan antropologi dalam pembangunan antara lain adalah:

  1. membantu perencanaan pembangunan untuk masa yang akan datang yang diharapkan mampu menumbuhkan tingkat perekonomian serta terjadinya pembangunan sosial dan pembangunan alam yang berkelanjutan.
  2. Cara bagaimana memutuskan apakah suatu perubahan yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk yang hendak di bangun.
  3.  Memperkirakan seluruh akibat yang mungkin timbul sebagai hasil dari salah satu program yang di usulkan dalam pembangunan.

 

Oleh karena itu, dalam melakukan pembangunan hendaklah kita meneliti dahulu komponen-komponen yang terkait dalam pembangunan tersebut, agar pembangunan yang di jalankan bisa berhasil dengan baik, tanpa ada rintangan ataupun hambatan yang berarti.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Budiman, Arief. 2000. Teori Pembangunan dan Dunia Ketiga. Gramedia : Jakarta.

Daeng, Hans J. 2000. Manusia Kebudayaan Lingkungan dan Tinjauan Antropologi.  Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Koentjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. UI Press: Jakarta.

Saifuddin, Achmad F. 2005. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Shiddiqi, Nourouzzaman et al. 1986. Etika Pembangunan dalam Pembangunan Islam di Indonesia. Rajawali : Jakarta.

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Materi Perkuliahan.

 

 

Hadiah Ulang Tahun dari Anakku

Alhamdulillah syukur tak terhingga atas nikmat-nikmat Alloh yang diberikan hingga detik ini. Alhamdulillah Alloh amanahkan kepada kami anak ...